16"

38 1 0
                                    

"Sirius Bow."

Hoseok mengeraskan rahang. Telinganya panas mendengar nama itu diucapkan oleh Soobin, sekretarisnya yang baru saja mendapat informasi dari bagian IT.

Jam tangan Rolex pecah setelah lengan berotot itu menghantam dinding. Umpatan dan sumpah serapah memenuhi ruangan. "Berapa Jeon Jungkook yang harus aku punya jika berhadapan dengan mereka?" desisnya.

Dari sofa, Soobin membuka kalkulatornya. Menghitung dengan cermat. "5. 2 jika ditambah Yoongi dan Jimin."

"Yoongi paling lemah di antara mereka."

Soobin mengangguk setuju. "Kucing tua itu memang kurang berguna saat ini." gumamnya pelan namun berhasil menaikkan bulu roma Hoseok.

"Kunci mulutmu di depan Yoongi, dan segera hubungi Namjoon. Kita perlu membahas ini." ujarnya sembari kembali duduk di kursi, menyesap teh hangat buatan asisten magang milik Soobin. Siapa namanya? Karina? Katarina? Ia sangat buruk mengingat nama.

Soobin menggeser pena miliknya ke tengah map. Sisi perferksionisnya kembali muncul. "Kim Taehyung?"

"Nah. Anak itu mudah menyimpan dendam."

.

Banyak hal yang terjadi, dan Jungkook lelah. Pemuda itu duduk di pinggir ranjang tanpa atasan, menghisap rokoknya kuat-kuat dan menghembuskan asapnya dari sudut bibirnya.

Semalam, Taehyung pergi ke rumahnya. Menghubungi salah satu anak buah untuk menjemputnya, meninggalkan mercedes mewah yang terparkir kontras di bawah rumah susun itu. Dia adalah pria yang sama dengan menganggapnya yang meminta Jungkook untuk menganggapnya rumah.

Ponselnya berdering, membuat manik hitam itu meliriknya malas. Tertera nama Hoseok disana.

"Shit!"

Umpatnya. Ia cukup terkejut. Setelah kedatangan Namjoon ke rumah Seokjin, dan Taehyung yang menjemputnya untuk kembali, Jungkook frustasi untuk memahami keadaan yang faktanya urusan dirinya dengan family telah usai.

Jungkook ingat betul ia tidak akan menjual Seokjin untuk tetap berada di sisi Taehyung, "Tapi kenapa para bajingan ini tetap mendekatiku?!"

"Aku mendengarnya, Kook."

"Shit!!"

Ini kedua kalinya Jungkook mengumpat dalam satu menit. Ia tidak sadar bahwa jarinya tanpa sengaja menggeser layar ponselnya.

"Maaf. Jadi- ada apa, Hyung?"

"Ada pekerjaan untukmu."

"Aku sudah berhen-"

"1 juta won. Jika setuju, datang ke tempatku. Take it or leave it."

Jungkook menyumpah serapahi orang yang dihormatinya itu dari seberang telfon. Satu juta won adalah jumlah yang besar, ditambah bayaran dari misi terakhirnya untuk menemukan Jimin.

Pria itu mengusak wajahnya kasar. Telfon mereka belum terputus, Hoseok dapat mendengar helaan nafas frustasi berulang kali dari sana.

"Oke. Aku kesana siang ini."

.

Mercy itu dengan kasarnya terparkir dengan pintu yang tergores garis dinding. Dari dalam, Jungkook terkekeh puas. Bersiul riang mengejek Taehyung yang pergi entah kemana meninggalkan mobil cantik itu di tempat tinggalnya.

"Rasakan, sialan. Sekaya apapun dirimu, tetap saja malas mengeluarkan uang ribuan won untuk servis goresan di mobil mewah." umpatnya seraya membuka seatbelt dan keluar dari mobil. Menendang ban beberapa kali sebelum berlari kecil dengan tangannya yang dimasukkan ke dalam jaket.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 11, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

EPITOME: LUNISOLAR [TAEKOOK/VKOOK]Where stories live. Discover now