11"

52 8 0
                                    

"Ku tanya sekali lagi, dimana Jeon Jungkook?"

Hawa panas menyeruak ke udara, seolah pemanas di basement menyala. Yoongi mengelap senjata api di pangkuannya dengan tenang. Wajah pucat itu tampak datar, tak minat dengan pembicaraan Taehyung yang berdiri dengan susah payah di pintu masuk ruang kerja milik Jimin.

Jika kalian bingung, sebenarnya seluruh anggota family menjadi lebih sering untuk menetap di bangunan utama organisasi mereka di Seoul. Tinggal berpisah tampaknya lebih beresiko setelah peristiwa diculiknya Park Jimin. Hanya pekerjaan saja yang mereka lakukan secara individu atau berpasangan.

"Dia tidak ada dimana pun. Bahkan kamarnya sangat rapi seolah tak tersentuh." lanjut Taehyung. Raut wajahnya semakin mengeras ketika tidak mendapatkan respon berarti dari yang lebih tua.

Merasa percuma, Taehyung memutar tubuhnya dengan bantuan kruk, hendak mencari siapapun yang mungkin mengetahui keberadaan kelinci berotot kesayangannya.

"Ku lihat dia pergi tadi pagi."

Saraf Taehyung menegang. Kesal sekali rasanya. Kenapa Yoongi harus mengatakan sesuatu setelah ia berusaha keras memutar tubuh? Sial, rasa keingintahuannya jauh lebih besar saat ini. "Kemana dia pergi? Kau tidak menghentikannya?"

Yoongi mengangkat bahu, "Tidak tahu dan tidak peduli."

"Kau serius?!" Kali ini Taehyung kembali memutar tubuhnya menghadap Yoongi yang masih duduk santai di depan jendela kaca anti peluru. "Ada apa denganmu sebenarnya? Selama ini kau tidak menyukaiku karena Jimin, tapi Jungkook tidak tertarik pada Jimin, oke?"

Erangan putus asa mengisi ruangan. Yoongi mengerlingkan mata kecilnya ke arah Taehyung. Memandang pemuda itu malas. Mulutnya lelah jika harus menjelaskan banyak hal. "Ini berbeda, Tae. Kali ini, kau akan berterima kasih padaku suatu hari nanti."

Taehyung mengernyit. Ia hendak bertanya kembali sebelum Yoongi yang kembali fokus membersihkan senapannya.

'Berbeda?'

.

Kolam ikan yang sering disangka Jungkook sebagai danau, tampak mulai membeku. Jimin dan Hoseok berdiri di sisi kolam, terdiam seribu bahasa.

"Bisakah aku mempercayaimu, Hoseok-ie?"

Yang ditanya tersenyum kecil, "Yang kuinginkan saat ini adalah kau mengetahui kebenarannya dan tidak menyakiti Taehyung atau melakukan sesuatu secara gegabah pada Jungkook."

Jimin terkekeh kecil. Sesekali mengusap hidungnya yang memerah kedinginan. "Kenapa aku harus menyakiti Taehyung? Dia adalah saudaraku. Lalu ada apa di antara dirimu dengan Jungkook? Kau menyukainya atau berhutang budi pada bocah serampangan itu?"

Ahh- soal itu, Hoseok juga tidak begitu paham. "Taehyung bukan umpan, aku ingin kau mengingatnya. Well- ku pikir kau mengatahuinya lebih baik dariku." jawabnya lugas. Pemuda di akhir 20 tahunan itu menyugar rambutnya yang berantakan karena tiupan angin dingin, "Dan Park Jimin, Jeon Jungkook adalah saudara ku juga."

"Ada yang melihat Jeon Jungkook?"

Panjang umur sekali.

Seketika Jimin terkekeh sembari memutar tubuhnya menghadap Taehyung yang baru datang. Menahan senyumnya yang semakin lebar sebelum menepuk bahu Hoseok dan berlalu pergi.

Hoseok mengernyit bingung. Sebenarnya, apa yang tengah dipikirkan si pendek itu?

"Hyung."

Panggilan Taehyung membuat Hoseok menoleh ke arah yang lebih muda dengan cepat. Otak cerdiknya berusaha berputar lebih keras kali ini. "Kenapa kau mencarinya? Kau tertarik?"

EPITOME: LUNISOLAR [TAEKOOK/VKOOK]Where stories live. Discover now