7

65 11 0
                                    

Mobil Audi melaju santai di bawah langit oranye. Hanya terdengar suara VJ di radio yang mengiringi perjalanan di sisi tebing.

'Selanjutnya ada request dari- Shooky? Oke. SugaShooky. I'm so tired dari Lauv featuring Troye Sivan.'

"Kau dengar? Itu Yoongi-hyung."

Jungkook mengerjap lucu. "Serius?"

'Well- omong-omong, lagu ini dikatakan cocok untuk berkendara sore.'

"Benci menonton televisi. Merusak mata, katanya. Jadi radio adalah pilihan terbaik. Ditambah dia suka musik, saluran ini yang paling terkenal dengan putaran musiknya."
jelas Taehyung tanpa memutus pandangan dari jalanan.

Atensi Jungkook mengarah pada matahari terbenam di ufuk barat. Seolah bergerak mengikuti mobil Taehyung.

Di depan sana, pemandangan kota Busan terlihat jelas dengan kemerlap yang mulai terlihat dari lampu-lampu neon. Tempat itu, adalah kota kelahirannya. Rumahnya, saksi tumbuh kembangnya, dan-

Jungkook melirik ke arah yang lebih tua. Masih sibuk menyetir dengan ekspresinya yang sulit ditebak.

-dan cinta pertamanya.

'Baik, I'm so tired dari Lauv featuring Troye Sivan untuk menemani evening drive mu."

Tidak tahu sejak kapan, tapi Jungkook merasa Taehyung semakin mengikis tembok penghalang bernama rekan di antara mereka.

Anggap Jungkook egois, dia ingin berharap lebih.

Suara merdu Lauv bersahut-sahutan dengan alunan indah Troye. Sesekali Jungkook bergumam, ikut bernyanyi dengan suara yang sangat pelan.

Omong-omong, Jungkook baru ingat. Alasan kenapa mereka berdua berakhir ke Busan, karena ancaman dari telfon yang mengatakan jika mereka tahu informasi Jeon Jungkook secara detail.

Tadinya ogah-ogahan. Namun saat nama Kim Seokjin disebut, kepanikan menyerang telak. Hingga Taehyung yang hendak mengantar Jungkook ke tattoo artist ikut panik.

Jungkook terkekeh pelan. Sayang sekali, padahal ia ingin betul mendapat tato baru.

Tikungan di depan sangat tajam. Jungkook spontan berubah haluan untuk memanjatkan doa dari pada masih bernyanyi. Jurang terlihat lebih mengerikan dari apapun saat ini.

Oh, apa Jungkook mulai takut mati?

"Masih ingin mendapat tato?"

Surai kelam Jungkook terayun saat menoleh ke arah Taehyung secepat helaan nafas. Mengangguk antusias.

Kekehan Taehyung seolah alunan musik dari surga. Jungkook semakin jatuh saja dibuatnya. Si sialan Kim Taehyung, umpatnya dalam hati. Niat diri ingin mencoba sedikit mengurangi hasrat memiliki malah gagal dalam satu kekehan ringan dari Taehyung.

"Ada kenalan di Busan, salah satu tattoo artist terbaik yang ku kenal." lanjutnya. Kali ini dengan sesekali melirik ke arah Jungkook.

Rasanya, Taehyung sudah melupakan seluruh kekesalannya di pagi tadi.

.

"Sebegitu sukanya?"

Jungkook tersentak. Tangannya yang tengah mengusap sisi kiri lehernya penuh afeksi, berhenti dengan gugup. "Ahh- ya. Sangat suka." Jawabnya. Lalu kembali meraba permukaan kulit yang masih tertutup perban.

Taehyung membuka mobil seraya mengisyaratkan Jungkook untuk segera masuk. "Kau harus melepasnya setelah beberapa hari. Jadi pergi saja ke tattoo artist terdekat di Seoul."

Mobil kembali melaju dengan kecepatan standar. Yang baru diketahui Jungkook, Taehyung tidak begitu suka mengebut. Berbeda dengan dirinya yang menyetir seperti kesetanan.

"Kau sudah tahu siapa yang mengancam mu tadi pagi?"

Oh, benar. Jungkook lupa memberitahu Taehyung. Sebenarnya, ada rasa tak yakin ketika dirinya harus memberikan informasi ini. Karena apapun yang berhubungan dengan Park Jimin, membuat Jungkook merasa kepalanya hampir pecah.

"Ya. Orang yang sama dengan penculik Park Jimin." lirihnya yang masih dapat didengar Taehyung dengan jelas.

Jungkook menangkap genggaman Taehyung pada stir seketika mengeras. Bahkan ia melihat guratan pembuluh darah di sepanjang lengan berkat Taehyung yang menggulung kemeja hitamnya hingga siku.

"Sudah menghubungi Yoongi menjaga rumah hyung-mu?"

Tenggorokan Jungkook tercekat. Dia hanya- tidak berpikir jika Taehyung lebih memilih untuk menanyakan hal yang berhubungan dengan dirinya dari pada Jimin. "Ya. Sudah." jawabnya, dan ia yakin Taehyung dapat menangkap kegelisahan dari suaranya.

Sunyi menang. Menenggelamkan suasana di dalam mobil itu. Hanya suara deru mesin dan musik radio yang telah berganti ke lagu I Like Me Better milik Lauv.

.

Tak bosan. Perhatiannya justru tertarik pada Jungkook yang masih sibuk mematut dirinya di depan cermin besar di kamar Taehyung.

Sepertinya kamar Jungkook sudah tidak berguna selain hanya untuk ruang kerjanya.

Taehyung sudah shirtless, dan begitu pula dengan Jungkook. Kebiasaan mereka yang sama. Lebih senang memakai sweatpants yang tidak diikat dengan baik ketika berada di dalam rumah.

Dari ranjang, punggung Jungkook terlihat begitu tegap dan kokoh. Jika orang lain melihat mereka sekilas, mereka pasti menebak Jungkook sebagai dominan dari pada Taehyung.

Pemuda bermanik sewarna honeycomb itu menyunggingkan senyum kecil di salah satu sudut bibirnya. Masih memperhatikan Jungkook yang saat ini kesulitan mengoleskan salep pada lebam di punggungnya.

Jeon Jungkook boleh saja liar di luar sana. Berkelahi hingga berdarah-darah demi ego seperti preman. Tapi jika itu tentang Taehyung, Jungkook si kasar berubah menjadi bayi kelinci yang manis.

Seperti saat ini, ia kembali tersentak untuk yang kesekian kalinya hari ini karena Taehyung. Salep di tangan kirinya sudah berpindah ke dalam genggaman Taehyung.

Usapan lembut di belakang punggungnya saat Taehyung mengoleskan salep membuat Jungkook meremang. Ia dapat melihat dengan jelas sosok Taehyung dari cermin.

Panas menjalari pipinya ketika ia menangkap bayangan mereka berdua yang sama-sama tak memakai atasan. Ditambah dengan helai lembut Taehyung yang sesekali menyentuh tengkuknya saat menunduk, mencoba fokus mengoleskan salep pada lebam-lebam di punggung Jungkook.

Tidak ada yang berbicara. Jungkook memilih menikmati sentuhan Taehyung, sedangkan yang lebih tua berusaha menenangkan degup jantungnya yang bertalu-talu tanpa diketahui alasannya.

Sentuhan Taehyung berhenti, disusul dengan suara botol yang menutup. Jungkook masih terdiam kaku di tempatnya berdiri.

"Jeon." panggil Taehyung sembari meletakkan botol salep di atas buffet.

"Hm?"

"Ku pikir lukamu sudah lebih baik."

Jungkook mengangguk ragu.

"Jeon."

"..."

"Aku ingin seks."

~•~

THANK YOU

EPITOME: LUNISOLAR [TAEKOOK/VKOOK]Where stories live. Discover now