Azan subuh berkumandang. Agam segera membangunkan Aira yang masih tertidur lelap.

"Ai bangun, ayo sholat subuh," ucap Agam

Aira mengeliat. "Argh umi aku masih ngantuk, 5 menit lagi deh."

Agam menahan ketawa mendengar ucapan Aira yang ngelantur. "Ih sholat itu enggak boleh ditunda-tunda," ucap Agam

Aira terdiam sebentar lalu matanya terbuka lebar setelah tahu siapa yang ada depannya. "Loh kamu kok?"

"Iya kenapa?" tanya Agam

"Astaghfirullah. Maaf mas, aku lupa kalau aku sudah nikah sama kamu," ucap Aira, pipinya memerah

Agam terkekeh. "Hehe ya sudah, ayo sekarang bangun sholat subuh."

"Iya mas."

Agam mengajak Aira untuk sholat subuh berjamaah di Masjid, Aira langsung mengiyakannya.

Sepulang dari masjid Aira langsung masuk ke kamar, ia lupa kalau skripsi belum selesai dikerjakan. Agam mengekor dibelakang.

"Belum selesai?" tanya Agam

"Iya belum," jawab Aira yang tengah berkutik dengan didepan laptop. Agam mendekat.

"Mau mas bantu?" tawar Agam

"Tidak perlu mas, lagipula sedikit lagi selesai," tolak halus Aira

Agam melihat layar laptop. "Ini baru sampai bab 4, pun ini baru sampe Hasil belum nyampe Pembahasan."

"Maaf ini mas kalau aku lancang tapi bisa tidak biarkan aku mengerjakan sendiri," ucap Aira sedikit kesal

Agam menyadari Aira mulai kesal dengannya. "Oke. Mas minta maaf kalau perilaku mas membuat kamu kesal, mas juga akan tinggalkan kamu sendirian disini. Tapi kalau kamu butuh bantuan mas siap bantu kamu kapan saja," ucap Agam. Ia mengambil Al-Qur'an lalu membawanya keluar kamar

Emosi Aira sedikit menurun ketika Agam keluar kamarnya. "Astaghfirullah, maafkan sifatku ini ya Allah." Aira kembali mengerjakan skripsinya lagi.

Jam menunjuk pukul 07:30

"Astaghfirullah udah jam segini, jam 8 kan aku ada kelas." Aira buru-buru merapikan laptop beserta lembaran skripsinya lalu dimasukkan ke dalam tas

Secepat kilat Aira sudah berpenampilan rapi lalu membawa segala peralatan kuliah tidak lupa juga ia membawa kunci motornya. Sampai di ruang tengah terlihat Agam yang tengah duduk mengobrol dengan umi.

"Eh Aira kamu mau kemana pagi-pagi begini," panggil umi

Aira menghampiri umi. "Mau ke kampus umi, jam 8 aku ada kelas."

"Loh! Kamu enggak ambil izin, kamu ini baru saja menikah loh?"

"Tadi sih ada niatan mau izin cuman kelupaan hehehe."

"Hmm kamu ini. Ya sudah makan dulu sini."

"Nanti saja deh umi sekarang aku lagi buru-buru takut telat."

Agam cuman bisa mendengarkan.

"Berangkatnya sendirian? Naik motor?"

"Iya umi, kan kayak biasanya juga begitu."

"Enggak bisa!"

"Loh kenapa umi?"

"Kamu kemana-mana harus perginya sama Agam, dia kan suami kamu."

Agam yang tadinya cuma diam saja sontak kaget ketika dirinya disebut.

"Enggak usah umi, lagian aku bisa sendiri."

"Enggak bisa! Pokoknya kamu berangkat sama Agam. Enggak apa-apa kan Agam?"

"Eng ... Iya enggak apa-apa kok umi," ujar Agam

"Tuh Agam mau nganterin kamu. Kunci motornya mana?" Aira memberikan kunci motor ke umi, lalu umi memberikannya ke Agam.

"Ini Agam kunci motornya. Kamu anterin Aira sampai kampus dengan selamat ya," ucap umi

"Iya umi pasti, InsyaAllah Agam pasti anterin Aira sampai kampus dengan selamat."

Umi bernafas lega. Dalam hati ia bersyukur karena ia tidak salah pilih suami untuk putrinya ini.

Setelah berpamitan Agam langsung tancap gas mengantarkan Aira menuju kampus.

Teman Sehidup Sesurga [HIATUS]Where stories live. Discover now