13

11 1 0
                                    

Aira memarkirkan motornya di perkarangan rumahnya. Ia masih saja teringat dengan perkataan Lala tadi. Agam yang memperhatikannya melamun dari kejauhan.

"Gue masih enggak percaya kalau si Al suka sama gue. Ah sudahlah," batin Aira

Baru saja Aira turun dari motor tiba-tiba Agam memanggilnya. "Ai kesini, mas mau ngomong sama kamu," panggil Agam lalu Aira menghampirinya

"Ada apa mas?"

"Assalamu'alaikum," ucap Agam

"Eh iya lupa belum ucapin salam. Assalamu'alaikum mas," ujar Aira

"Wa'alaikumussalam. Ketemu sama sahabatmu sudah selesai?"

"Sudah mas. Ada apa?"

"Tidak apa-apa, mas cuma heran saja melihatmu melamun tadi. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

Aira bingung mau jawab apa. "Eng ... Enggak ada mas," tuturnya

"Syukur alhamdulillah kalau tidak ada yang mengganggu pikiranmu. Tapi nanti kalau ada, kamu jangan sungkan cerita ke mas ya."

"Ya mas. Ya sudah aku masuk dulu ya, mau lanjut ngerjain skripsi."

"Iya."

Aira pun masuk ke rumah, ia menghela nafas pelan. Dalam hati ia bertanya-tanya kenapa dirinya sulit sekali ngomong berterus terang ke Agam.

Di dalam kamar Aira tidak bisa berkonsentrasi, perkataan Lala terngiang-ngiang terus di kepalanya. "Duhh kenapa sih kok gue terus-terusan mikirin itu," gerutunya

Tanpa disadari Agam diam-diam masuk ke kamar dan memperhatikan apa yang dilakukan Aira. "Kamu kenapa kok marah-marah?"

Ucapan Agam membuat Aira terlonjak kaget. "Mas ngangetin saja. Ngomong-ngomong kok mas tiba-tiba ada kamar bukannya tadi di teras ya."

"Iya tapi karena bosan mas memutuskan untuk ke kamar eh taunya di kamar mas lihat kamu marah-marah sendiri." Agam duduk di sofa

"Oh begitu." Aira terdiam sebentar, "mas bisa bantuin aku enggak?"

"Bisa, apa yang harus mas bantu."

"Ini skripsi aku kan sudah sampai bab terakhir, aku bingung pas di bagian saran, aku sudah kehabisan ide."

Agam mendekat lalu memperhatikan lembar kerja skripsi yang di laptop. Jantung Aira berdegup kencang karena sebelumnya ia tak pernah sedekat ini dengan Agam.

"Oh bagian ini yang harus mas bantu?" tanya Agam sambil menatap Aira, mata mereka saling bertemu

"I ... Iya mas yang itu," jawab Aira terbata-bata. Satu kata 'Ganteng' untuk menilai wajah suaminya. Tanpa sadar Agam pelan-pelan memperpendek jarak mereka.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka muncul wajah adik laki-laki Aira bernama Rangga. Mendengar pintu terbuka Agam langsung menjauhkan tubuhnya.

Rangga kaget melihat pemandangan didepannya barusan. "Eh maaf ka gue kira lo lagi enggak sibuk. Tadinya gue mau minta bantuan sama lo tapi enggak jadi, mungkin lain kali saja." Rangga kembali menutup pintu lalu buru-buru pergi sebelum Aira memarahinya.

"Haduh sialan si Rangga main buka pintu saja tanpa ketuk dulu, awas saja kalau mukanya muncul depan gue tampol lo habis-habisan. Eh tapi tadi perasaan mas Agam mau mencoba menci ... Ah enggak enggak mungkin, duh mikir apa sih gue," pikir Aira

Suasana kamar berubah menjadi canggung. Aira kehabisan kata-kata, ia hanya melihat Agam duduk terdiam di kasur lalu ia memecah kecanggungan ini. "Ma ... Mas jadi bantuin aku tidak?"

Agam tersadar dari lamunannya. "Hah! Iya iya sini mana laptop kamu." Lalu Aira memberikan laptop kepadanya.

Aira memperhatikan Agam secara intens. "Mas aku boleh tanya sesuatu enggak?" tanyanya

"Boleh, mau tanya apa?" ucap Agam tanpa mengalihkan pandangannya

"Mas kenapa setiap panggil aku...." Aira ragu menayangkan ini.

Mengetahui Aira tidak meneruskan pertanyaannya Agam menghentikan kegiatan mengetik nya lalu memperhatikan Aira. "Kenapa? Kok enggak diteruskan pertanyaannya?" tanya Agam

Aira menunduk sambil memainkan jemarinya, tiba-tiba Agam memegang tangannya membuat jantungnya kembali berdegup kencang. "Ada apa?" ulang Agam

"Eh anu itu, mas jangan tersinggung ya kalau aku tanyakan ini," ucap Aira

"Iya, mas tidak akan tersinggung. Ada apa?"

"Kenapa mas panggil aku dengan panggilan Ai?"

Hampir saja Agam tertawa namun ia menahannya. "Yahh tidak apa-apa, keluargamu kan semuanya memanggilmu Ai jadi mas juga ikutan memanggilmu Ai. Kenapa? Kamu keberatan ya?"

"Hah! Eng ... Enggak kok mas, aku sama sekali enggak keberatan."

"Tapi alasan mas bukan hanya itu, mas punya alasan lain," ujar Agam

Aira kaget. "Hah? Apa itu?"

"Rahasia." Agam tersenyum

"Ih mas kenapa kok sekarang main rahasia-rahasiaan sih," rengek Aira

"Tidak apa-apa, nanti mas kasih tau kamu tapi tidak sekarang," ucap Agam

Aira mengerucutkan bibirnya sambil melipat kedua tangan di dada. "Ih sebel." Agam terkekeh kecil melihat itu.

"Hehehe maafin mas ya, bukannya mas sengaja buatmu penasaran tapi nanti ada waktunya kamu tau. Sudah jangan cemberut begitu, mas cubit nih pipimu," ucap Agam lalu tangannya ingin meraih pipi Aira namun ditepis.

"Enggak boleh!" Aira memegangi kedua pipinya. Agam kembali terkekeh lalu nyolek hidung milik Aira, dan membuat wajah pemilik hidung itu memerah.

🦋🌻🦋

Ah indahnya pacaran setelah menikah. Author jadi pengen nikah tapi belum ada calonnya😭

Teman Sehidup Sesurga [HIATUS]Where stories live. Discover now