31. Hari Kelulusan

426K 67.3K 75.7K
                                    

SIAP-SIAP NANTI MALEM ENDING!!
JEBOLIN KOMENNYA DI PART INI!!

*****

Beberapa bulan kemudian, setelah banyaknya masalah yang datang silih berganti itu, kini Samuel dan Azura hampir selesai dengan masa SMA mereka. Tak jarang, hubungan mereka juga mengalami pasang surut. Namun, sebesar apa pun masalah yang datang, mereka selalu menghadapinya bersama-sama. Tentunya tidak lepas dari dukungan keluarga dan para sahabat mereka.

Bertepatan dengan hari ini juga, seluruh kelas 12 SMA Taruna Bakti akan mengikuti mapel ujian yang terakhir. Mereka sudah berusaha semaksimal mungkin untuk meraih nilai ujian yang tinggi sebagai bekal di masa depan nanti. Setelah ujian berakhir hari ini, mereka tinggal menunggu pengumuman kelulusan tiba.

Di perpustakaan SMA Taruna Bakti, ada Samuel, Areksa, dan Canva yang tengah belajar bersama sejak lima belas menit yang lalu sembari menunggu bel ujian masuk. Tidak ada orang lain lagi selain mereka di sana karena waktu masih terlalu pagi.

"Kalau sakit mending istirahat dulu, Va," kata Areksa ketika melihat Canva yang sejak tadi seperti tengah menahan sakit.

Canva menggelengkan kepalanya. Tanpa mengindahkan perkataan Areksa, ia pun kembali melanjutkan aktivitasnya yang tengah mengerjakan beberapa latihan soal. Areksa dan Samuel yang melihat tingkahnya itu pun merasa khawatir. Canva terlalu memforsir tubuhnya secara berlebihan sampai lupa untuk istirahat. Demi mendapatkan nilai ujian yang tinggi, cowok itu rela belajar mati-matian dan mengikuti les setiap sorenya.

"Va, kita tau kalau lo mau banggain bokap nyokap lo dengan cara dapetin nilai ujian tinggi. Tapi lo juga harus peduliin diri lo sendiri. Bukan kayak gini," ujar Samuel menasihati.

"Ini hari terakhir ujian. Jadi sekalian aja capeknya. Habis itu gue istirahat," balas Canva masih kekeuh dengan pendiriannya.

"Kalau nanti di hari kelulusan, orang tua lo nggak balik ... gimana?" tanya Samuel yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari Areksa.

Canva meletakkan penanya di atas meja. Pandangannya menatap lurus ke depan. Senyuman hambar terukir di bibirnya yang pucat. "Kalau mereka nggak balik, berarti gue yang bakalan balik. Simpel, kan?"

"Balik ke mana? Rumah lo, kan, di sini," sahut Areksa pura-pura tidak mengerti maksud Canva. Ia merasa kalau akhir-akhir perkataan cowok itu sering melantur ke mana-mana.

"Balik ke tempat yang jauh dan nggak balik lagi. Kadang, orang yang kita sayang bakalan sadar kalau kita ini sebenernya berharga waktu kita udah nggak ada," balas Canva yang mampu membungkam mulut Samuel dan Areksa.

Terjadi keheningan selama beberapa saat.

"Lo ... sakit apa sebenernya?" tanya Samuel kembali membuka suara. Ia merasa kalau setiap harinya, tubuh Canva terlihat semakin lemah dan gampang demam. Apalagi pipi cowok itu yang terlihat lebih tirus daripada tahun lalu.

"Gue cuma kecapekan," balas Canva dengan senyuman tipis di bibirnya.

"Yakin lo? Kayaknya ada penyakit serius tapi lo nggak mau ngasih tau ke kita," balas Areksa tidak percaya dengan ucapan Canva.

Kedua mata Canva terpejam. Suhu tubuhnya benar-benar meninggi. Bahkan sekarang kepalanya terasa seperti dihantam oleh beton. Apalagi, rasa sakit di area punggung dan pinggangnya itu membuatnya merasa tidak nyaman.

"Nggak ada yang perlu dikhawatirin. Gue nggak apa-apa," balas Canva dengan suara pelan.

"Va? Jangan berlagak kayak badut yang suka menghibur orang-orang. Lo punya banyak masalah yang nggak pernah lo ceritain ke kita, kan?" Samuel memegang kedua bahu Canva. Bahkan, bahu cowok itu yang terbalut seragam bisa Samuel rasakan hangatnya. Suhu tubuh cowok itu meninggi. Tetapi, Canva memberikan kode kepadanya untuk tidak membesar-besarkan hal itu

SAMUELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang