Delapan

735 87 35
                                    

Reminder : Follow dulu! Vote! Baru baca deh.

*****

Suara dering ponsel membuat Amasha yang sedang berjalan di lobi rumah sakit menghentikan langkahnya. Sang dokter cantik segera menjawab panggilan masuk tanpa memeriksa nama pemanggilnya.

“halo?” sapa Amasha dengan nada bertanya.

“hai Masha,” sahut suara di seberang telfon.

Tersenyum lembut, Amasha menepi saat orang-orang melewatinya, “Dean, ya?”

“iya, betul. Aku ganggu apa nggak?” tanya Dean.

“nggak kok,” sahut Masha kalem, “udah masuk jam makan siang. Jadi aku lagi senggang banget.”

“wah, kalau senggang banget bisa dong makan siang di luar bareng sama aku? Kebetulan aku juga harus ketemu klien di restoran yang melewati rumah sakitmu. Kamu mau nemenin aku?”

“berapa lama kira-kira makan siangnya?” tanya Amasha.

“sekitar tiga puluh menit sampai satu jam, gimana?”

Amasha memeriksa arloji, mencoba menyesuaikan waktu dengan jadwal operasi selanjutnya. Setelah dirasa dia punya waktu, Amasha memutuskan untuk menyetujui ajakan Dean.

“oke deh, lagi pula aku masih punya sekitar dua jam lagi sebelum operasi,” ujar Amasha.

“beneran? Aku jemput sekarang, ya?” Dean terdengar sangat antusias.

“iya, Dean. Nanti langsung ke ruanganku aja, ya!”

“siap Masha, aku tutup telfonnya. Sampai ketemu nanti,” Dean bersiap mematikan sambungan telfon.

“iya, Dean,” setelah Amasha menyahut, Dean mematikan sambungannya.

Setelah mengembalikan ponsel ke saku, Amasha melenggang ke kafe di lantai satu, dia ingin membeli ice Americano untuk para perawat, dokter magang dan juga junior-juniornya yang lain.

Setelah membeli semuanya, Amasha naik ke lantai dua untuk menemui para junior dan perawat yang bekerja dengannya, kemudian membagikan semua ice Americano yang dia beli. Selesai membagikan semua, Amasha berpamitan dan langsung menuju ruang pribadinya.

Saat memasuki ruangan, Amasha mendengus jengkel mendapati sang ayah sedang duduk di sofa sambil tersenyum kepadanya.

“ayah ngapain sih kesini?” tanya Amasha sambil menghampiri sang ayah.

“lah, memang kenapa? Apa salahnya kalau ayah datang ke rumah sakit ayah sendiri?” balas sang ayah saat Amasha sudah duduk di sofa lain yang berhadapan dengannya.

“ini bukan rumah sakit ayah!” sangkal Amasha, “rumah sakit ini tuh milik mereka yang membutuhkan pertolongan.”

Amasha (END)Where stories live. Discover now