sepuluh

665 81 16
                                    

Devina menoleh saat mendengar pintu ruangan terbuka, gadis itu melihat seorang pria dengan setelan jas rapih memasuki ruangan tempatnya dikurung. Pria itu adalah Ryu Albara, seseorang yang sangat ingin Devina ludahi wajahnya.

Ryu tersenyum sembari melangkah semakin dekat ke ranjang tempat Devina dirantai.

“hai, Dev,” sapa Ryu saat sudah berdiri di saping Devina yang terbaring di ranjang.

“gimana caramu membawaku kesini?” tanya Devina dengan suara yang menyiratkan kebencian.

Ryu terkekeh, “dengan mencuri identitas kakak brengsekmu dan menggunakannya. Apa kamu ingat kakak sulung yang pernah kamu ceritakan kepadaku? Pria gila yang menghabiskan kekayaan orang tuamu untuk berjudi. Katamu dia kabur dari rumah sekitar lima tahun yang lalu, kan? ku beri tahu, Dev, dia sudah sangat mapan sekarang. Pria brengsek itu sudah hidup dengan layak dan bahkan memiliki klinik. Apa dia masih tidak menghubungi keluargamu? Jadi setelah sukses, dia memang benar-benar membuang seluruh keluarganya yang miskin?”

Devina terperangah mendengar penjelasan Ryu, “gimana mungkin kamu bisa menemukan kakak laki-lakiku?”

“ah, itu bukan hal yang sulit, Dev. Aku punya banyak kaki tangan hebat.”

“kamu sengaja mencari identitas kakakku hanya untuk menculikku kemari? Kenapa kamu mau repot melakukan itu, Ryu?”

Ryu menyentuh pipi Devina yang dingin, “sama sekali tidak tidak repot, aku bisa melakukan apapun untuk melampiaskan amarahku. Kamu yang paling tahu tentang itu, kan?”

Tubuh Devina bergetar saat mengingat bagaimana cara Ryu memperlakukannya selama ini. Tidak, Ryu bukan pria yang selalu kasar. Dia lembut, baik dan sangat dewasa, Ryu selalu memperlakukan Devina seperti tuan putri. Namun Ryu yang sempurna itu akan mendadak berubah menjadi kasar saat dia sedang mabuk, meniduri Devina, atau menceritakan tentang masalalu kedua orang tuanya. Ryu menceritakan segalanya kepada Devina, bahkan borok tersembunyi milik keluarga Albara yang terpandang itu. Hal itu membuat Devina salah paham sampai berpikir bahwa Ryu memang mencintainya, sayangnya Devina terlambat menyadari bahwa dia hanya satu dari sekian banyak gadis penghibur bagi sang pangeran Albara. Ya, Ryu punya banyak sekali wanita muda yang dia simpan untuk bersenang-senang.

Tangan Ryu pindah mengusapi rambut Devina, “padahal aku sudah memperingatkanmu, Devina. Sudah ku bilang untuk tetap diam dan melanjutkan hidupmu. Seharusnya kamu tidak perlu terlalu berisik dan berakhir menderita begini. Untuk apa mengusikku? Lalat kecil sepertimu tidak akan sanggup melawanku.”

“kenapa kamu nggak membunuhku sekalian, Ryu?”

Ryu terkekeh, “Padahal aku sudah berbaik hati melepaskanmu, kenapa tidak lari saja sejauh mungkin? Untuk apa kamu mencoba mengusikku? Sekarang terimalah akibatnya. brengsek kecil sepertimu tidak layak mendapatkan kematian dengan mudah, Dev. Aku akan membuatmu membayar perbuatanmu. Aku akan membuat gadis ingusan sepertimu memahami apa itu kematian yang sesungguhnya. Akan ku buat kamu kelelahan dan memohon untuk mati. Mulai sekarang, akan ku pastikan mimpimu tentang masa depan indah sudah hancur, Devina!”

“psikopat!” setetes air mata mulai keluar dari mata Devina.

Amasha (END)Where stories live. Discover now