Lima Belas

751 81 14
                                    

Ryu Albara yang berusia sebelas tahun terbangun dari tidurnya karena rasa haus. Dia melirik gelas di atas nakas yang sudah kosong. Pria kecil itu perlahan bangkit dari tempat tidurnya yang nyaman. Dengan tangan mungilnya, dia membawa gelas kosong di atas nakas ke dapur untuk diisi dengan air mineral.

“Ainesh, sebaiknya kita bercerai.”

“baiklah.”

Ryu berhenti melangkah saat mendengar suara ke dua orang tuanya dari dalam ruang kerja sang ayah. Anak itu mendekat dan berdiri di depan pintu ruang kerja agar bisa mendengar dengan jelas perkataan orang tuanya.

“kamu setuju?” Ryu mendengar suara sang ibu.

“kalau itu keinginanmu, akan ku kabulkan. Aku akan tetap memberi santunan setiap bulannya untukmu, kalau kamu mau rumah ini juga akan menjadi milikmu. Tapi tolong, jangan bawa anak-anakku bersamamu.”

Ryu meremas gelas di tangannya saat mendengar sang ayah mengucapkan kata demi kata menyakitkan itu dengan nada datar. Tanpa menimbulkan suara, Ryu berbalik lagi menuju kamarnya dengan langkah lunglai. Rasa haus mendadak hilang setelah mendengar kalimat-kalimat mencekik dari ayahnya untuk sang ibu. Untuk pertama kali dalam sebelas tahun hidupnya, Ryu merasa sangat marah dan membenci sang ayah yang selama ini selalu dia bangga-banggakan di hadapan semua orang. Sampai di kamar, Ryu meletakkan gelas ke atas nakas dan kembali ke tempat tidur. Si pria kecil malang itu menyusup masuk ke selimut, dia menyembunyikan dirinya di dalam selimut sambil berharap tidak perlu menghadapi kenyataan yang terlalu menyakitkan di hadapannya.

Sayangnya si pria kecil malang itu tidak memiliki kekuatan apapun untuk terus menyembunyikan diri. Dia harus menghadapi semuanya. Menghadapi kepergian sang ibu dari rumah megahnya, menghadapi rasa kehilangan saat sang ayah mengirim ketiga kakaknya sekolah ke luar negri, dan juga menghadapi kenyataan bahwa dia harus bisa menjadi pria yang bisa diandalkan agar mampu menjaga adik cengengnya. Yang ada di pikiran bocah sebelas tahun itu hanyalah bagaimana cara agar dia selalu terlihat dewasa, sempurna dan dapat diandalkan di hadapan semua orang. Ryu ingin selalu terlihat baik-baik saja demi menghibur sang adik agar tidak kesepian dalam rumah besar yang mereka huni.

“KAK JASMINEEEE! AKU DAPAT NILAI A SAAT PELAJARAN MELUKIS. LIHAT NIH LUKISANKU!”

Ryu menghela nafas saat melihat Adelle yang baru turun dari mobil langsung berlari ke dalam rumah sambil berteriak. Ryu menoleh kepada sopir yang menjemputnya dan Adelle pulang dari sekolah, “terima kasih, pak,” kata Ryu dengan sopan sebelum turun dari mobil dan bergegas menyusul sang adik.

“Adelle, kak Jasmine udah nggak ada. Dia kan di luar negri,” kata Ryu setelah berhasil menyusul Adelle.

Adelle yang tengah berlari hendak menuju kamar Jasmine pun seketika menghentikan langkahnya, “ah, iya. Aku lupa,” kata anak perempuan itu.

Ryu tersenyum, diusapnya puncak kepala sang adik, “kamu haus? Mau ku buatkan es susu coklat?”

Adelle mengangguk.

“ke kamarmu, sana! Nanti ku bawakan,” kata Ryu.

Amasha (END)Where stories live. Discover now