ILYCC - 3b

51 10 11
                                    

Hai!
Votenya boleh dong!
Komennya juga, ya?
~•~

"Habis ngapain kok mukanya lembam gitu?"

Aku menghela napas, mengambil duduk di sebelah Ayah yang sedang duduk di sofa ruang tamu depan televisi. Aku melipat tangan di depan dada, menatap Ayah.

Tangan besarnya menangkup pipiku, memerhatikan setiap inchi wajahku. Tentu saja memar! Sarah sialan!

"Kamu berantem? Ya ampun, Andin! Sudah berapa kali ayah bilang jaga image! Jaga image! Kamu itu putri sekolah! Jangan permalukan ayah, yah!" omelnya seraya beranjak dari sofa.

Aku hanya menatapnya bengis, hello? Aku bahkan baru pulang sekolah dan dia tidak menyuruhku makan? Dia pikir aku tidak kelaparan? Dia pikir aku mau kena bogem begini?

Ayah kembali dengan kotak P3K di kedua tangan. Saat ia duduk di sebelahku dan mulai berkutit dengan benda-benda di sana, aku memilih menatap ke layar televisi yang menyiarkan film Ayah.

"Ssh! Ayah, pelan-pelan!" Aku meringis saat benda dingin itu menyapa pipi kiriku. Astaga perih banget!

"Berisik! Salah kamu sendiri berantem."

"Yang berantem siapa? Aw!"

"Ini apa?" Ia menekan benda itu di pipiku lumayan kuat hingga membuatku memekik. "Kalo bukan yang namanya berantem hmm?"

"Andin enggak berantem, image number one! Cuma tadi kena serang aja sebelum mulai perang--aw! Ayah!" Aku melotot memandang ayah.

"Sarah?"

Shit! Kok pas?

"Bukan, tapi tangannya."

"Kan! Dia bukan temen yang baik buat kamu, Ndin!" Ayah menekan lagi membuatku berdiri dan merebut kotak P3K di tangannya. Lebih baik aku obati sendiri, daripada tersiksa.

"Terus ... temen yang baik itu temen macam apa, Yah? Macam cowok cupu sok alim itu, dih--"

"Bentar-bentar ... cowok alim?" Ayah mengernyit menatapku.

"Cowok cupu sok alim, Yah. Kita enggak tahu, kan, penampilannya aja yang alim banget, cupu banget, tapi isi otaknya? Mungkin lebih-lebih--"

"Lebih-lebih kotor dari otak kamu maksudnya?"

Aku menatap Ayah horor. "Kalo otakku lebih-lebih kotor terus, apa kabar dengan otak Ayah? Ingat, ya, buah enggak bakalan jatuh jauh dari pohonnya." Setelah mengatakan itu aku pergi, Ayah macam apa dia?

"Ayah yakin kok, Ndin, otak ayah suci bersih. Otak kamu mungkin udah terkontaminasi sama otak Sarah makannya butek."

"Ayaaah! Jangan sampe sepatu kiriku melayang!" Mataku melotot mendengar gelak tawanya. His!

"Sepatu kamu melayang terus ngenai ayah, hape kamu ikutan melayang ke wajah kamu, Ndin."

Hah, bagus. Ancamanku benar-benar tidak akan mempan untuk Ayah! Somlak emang!

"Jadi nama cowok alim itu siapa?"

"Buat apa nanyain nama dia?" Aku balas bertanya seraya menaiki tangga menuju kamar.

I Love You, Cowok Cupu ( On Going ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang