ILYCC - 10a

26 3 0
                                    

Hai.

Jangan lupa vote^^

Enjoy

~•~

Aku terdiam. Memandang langit-langit kamar dengan pikiran berkelana. Sejak dari rumah Andi, aku mulai memikirkan satu hal.

Masa lalu Andi.

Aku jadi semakin penasaran, argh! Kalau begini aku bisa-bisa mati penasaran. Lagian kenapa juga aku mengusik cowok sok cupu itu sih?! Ck!

Aku bangkit duduk, mengacak-acak rambut, menyomot cookies di nakas. Sialan sekali, cara agar aku bisa mengetahuinya hanya jika aku bisa meluluhkan Andi atau Samudera yang bersuka rela menceritakan semuanya asalkan aku dekat dengannya. Aku menggigit cookies dengan tenaga ekstra sampai hancur berkeping-keping.

Sarah. Sahabatku sendiri membohongiku soal Andi yang katanya sepupunya, soal perasaan dia, seharusnya aku mendengarkan ayah untuk menjauhi teman seperti dia. Sekarang aku benar-benar merasa bodoh, aku seperti ... kehilangan tujuan.

"Lo bohongin gue, Sar," gumamku, tega sekali, sahabat sendiri membohongi. Aku masih kecewa padanya.

"Bohong soal apa?"

Manusia setan! Astatang!

Aku menatap Sarah horor. Aku kira aku sendirian di kamar, sejak kapan dia masuk?! Dia memutar bola mata lalu duduk di samping ranjangku, menggebuk bahuku dengan bantal. Aku menyipitkan mata.

"Lo bilang Andi enggak bisa bela diri dan dengan bodohnya gue percaya sama lo," semburku.

"Memangnya yang lo liat dia kenapa? Ngebalas semua serangan? Pake seribu bayangan? Enggak, kan? Dia diam aja, bohong dari mananya?" Dia mendengus.

"Lo juga enggak bilang kalo Samudera itu saudaranya Andi." Sungguh aku kecowa padamu Sarah!

"Memangnya gue tahu?"

Aku meliriknya sinis. "Jadi kalo lo tahu, lo beneran bohongin gue?"

Dia menggeleng. "Ya gue bakal kasih tahulah! Lagian, buat apa, sih, lo nanya-nanyain tentang dia? Lo suka? Tembak! Ditolak? Bilang aja prank! Ribet amat lo jadi orang," katanya lalu menyomot cookies di atas nakas. Aku melotot, tidak cookieskuuuu!

"Lah, kenapa enggak lo lakuin?"

"Hah?" Dia mengernyit. "Jangan mulai."

Aku menyipitkan mata, melipat kaki, memiringkan kepala. "Kenapa gue ngerasa lo itu enggak cuma fuckgirl, tapi juga fuckfriend?"

"Maksud lo apaan, sih?" Nadanya mulai tidak suka. Aku terkekeh.

"Sar, guna lo belain dia selama ini buat apa? Nyari perhatian dia, kan?"

Dia mengembuskan napas, menatapku datar. "Iya! Gue suka dia? Iya! Gue pengen milikin dia? Iya! Gue gengsi? Iya! Puas?"

Aku mengangguk. "Ada niatan buat lo deketin dia?"

"Lo ngibul? Lo enggak liat gue lagi berusaha? Dan apa yang gue dapet? Kecuekan dia! Gue ngerasa enggak dihargai! Dan bodohnya gue baper cuma sama hal-hal kecil yang dia lakuin ke gue."

I Love You, Cowok Cupu ( On Going ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang