11 - Bertemu

206K 23.6K 715
                                    

Kau mengambil hatiku ...

Jadikannya kelabu ...

Kau hancurkan semua impian, yang tersimpan sejak dulu ...

Raka menutup buku di tangannya secara kasar. Dia melirik pintu kamar Agatha yang tertutup rapat kemudian berjalan kesana dan mengetuk pintu itu dengan keras. "Kecilin volumenya, berisik," ketusnya.

Tidak ada tanggapan dari dalam membuat Raka menautkan alisnya. Sejak pulang sekolah gadis itu langsung mengurung diri di kamar dan menyetel banyak lagu galau dengan volume kencang namun tidak terdengar suara lain selain musik itu.

"Tha?" Raka mengetuk pintu itu lagi. Dia terus mengetuk namun tetap tidak mendapat jawaban hingga membuat Raka mulai bingung. "Agatha, lo di dalem kan?"

Laki-laki itu mendorong pintu yang rupanya tidak dikunci. Dia mengedarkan pandangannya mencari sosok pemilik kamar ini. Dalam diamnya Raka mengernyit jijik, tidak tahan dengan keadaan kamar Agatha yang berantakan.

Raka tidak pernah masuk kedalam kamar Agatha karna menghargai privasi gadis itu, itu sebabnya dia tidak pernah tau jika kamar kosong yang dulu sangat rapih kini begitu berantakan saat di tempati Agatha.

"Tha?" Raka mulai berjalan masuk, tidak tahan dengan keadaan yang berantakan akhirnya dia merapihkan kamar Agatha pelan-pelan. Dari kasur, meja rias, meja belajar, bahkan baju-baju yang berserakan di lantai.

Raka semakin tidak sabar mengusir Agatha dari sini, dia tidak suka keberantakan seperti ini. Setelah selesai, Raka mematikan sound system kecil di nakas samping ranjang Agatha. Suasana langsung hening ketika musik itu mati.

Menatap sekitar sekali lagi akhirnya tatapan Raka jatuh pada pintu balkon yang terbuka. Dia melangkah ke sana dan benar saja, Agatha ada di sana, duduk termenung di lantai sambil memeluk kakinya.

"Gue panggil kenapa gak nyaut?" tanya Raka. Dia memperhatikan gadis itu dari samping sampai dia sadar jika Agatha hanya mengenakan tangtop dan celana panjang. Raka menghela nafas. "Lo gak punya baju? Meski di dalam kamar harusnya lo pake baju, Agatha!"

Mendengar nada kesal Raka akhirnya membuat Agatha menoleh dengan wajah sembabnya. Gadis itu masih menangis, ada sesegukan kecil di bibirnya. "Ka, jangan marahin gue dulu. Gue lagi galau," bisiknya serak.

Raka tercengang. "Berapa lama lo nangis sampe muka lo kayak gitu?"

Agatha mengalihkan kemnali tatapannya ke depan, memandang tembok pembatas itu. "Lima jam."

Decakan kesal terdengar. Raka mengulurkan tangannya membuat Agatha mengernyit dan mendongak menatap laki-laki itu. "Apa?"

"Bangun, keluar kamar," kata Raka datar. "Di kamar aja bakal buat lo terus nangis, gue gak mau Apartemen gua banjir sama air mata lo."

Agatha mencebik kecil sebelum meraih tangan Raka. Dia menepuk pelan celananya setelah berdiri sementara Raka berjalan kedalam dan mengambil hoodie oversize putih yang  tadi dia gantung di depan lemari.

"Pake." Raka melemparkan hoodie itu hingga langsung di tangkap oleh Agatha. Tanpa protes dia memakainya kemudian melangkah masuk.

Agatha menatap kamarnya yang sangat rapih, jauh berbeda seperti biasanya. "Lo yang rapihin?"

"Hm." Raka mendekat, menarik ujung hoodie Agatha hingga gadis itu mengikuti langkahnya. Agatha hanya diam membuntuti Raka keluar Apartemen, sangat tidak biasa. Biasanya gadis itu selalu cerewet setiap saat. Raka bisa menyimpulkan jika Agatha benar-benar serius patah hati.

Sampai di depan mobil Raka, Agatha segera masuk tanpa diperintahkan. Raka memandangnya sejenak sebelum ikut masuk dan menjalankan mobil itu.

Raka diam-diam melirik Agatha yang terus bergeming dan menatap keluar jendela tanpa gairah. "Lo se-suka itu sama Sagara?" celetuk Raka.

My Roommate Is a Badgirl Where stories live. Discover now