46 - Saksi Bucin

155K 18.9K 9.4K
                                    

***

Raka tidak pernah main main dengan ucapannya, murid-murid yang kemarin ikut membuli Agatha benar-benar di keluarkan dari sekolah. Agatha sendiri hanya bisa menganga mendengar berita itu, dia tidak menyangka Raka benar benar melakukannya.

Total kurang lebih 43 murid yang di keluarkan.

Agatha merasa sedikit bersyukur karna tidak semua warga sekolah ikut-ikutan membulinya kemarin, jika tidak pasti sekolahnya sudah berubah menjadi kuburan karna semua muridnya di keluarkan.

Meskipun berita jika Agatha tinggal bersama Raka sudah menyebar ke sepenjuru sekolah, tetapi hanya beberapa orang gila yang nekat menghampiri Agatha seperti kemarin hanya untuk mensumpahserapahinya dan melempari Agatha demi melampiaskan emosinya.

Jika di pikir-pikir ulang, Agatha rasa mereka kurang kerjaan melakukan hal itu. Sama halnya seperti Raka yang mengeluarkan mereka semua begitu saja.

Dia memang sakit hati atas perbuatan mereka kemarin, tapi Agatha masih memiliki sisi kemanusiaan. Menurutnya ini berlebihan jika seseorang harus putus sekolah hanya karna hal seperti ini, padahal sebenarnya dia sudah terbiasa di perlakukan buruk oleh mereka.

Agatha juga sudah berusaha berbicara dengan Raka untuk mengubah keputusannya, namun berakhir sia-sia. Raka adalah salah satu manusia yang memiliki pendirian teguh dan sulit di goyahkan. Laki-laki itu begitu tegas akan keputusan dan ucapannya.

Jika Raka tidak mudah goyah, sama halnya dengan Agatha. Gadis keras kepala itu juga tidak mudah menyerah. Dia akan melakukan segala cara untuk mewujudkan keinginannya.

"Semua hal ada konsekuensinya, anggap aja itu pelajaran buat mereka supaya gak ngulangin hal yang sama, bukan ke lo aja tapi ke manusia lain juga." Raka berbicara dengan nada biasa seraya merapihkan rak buku di sisi kamarnya.

Agatha manyun, dia terus membuntuti Raka sejak tadi untuk membujuknya. "Tapi ini berlebihan, Raka. Gue gak papa kok, lo liat keadaan gue baik-baik aja kan?"

Raka hanya diam, dia sibuk menata ulang koleksi bukunya membuat Agatha sedikit geram. Gadis itu menghentakan kakinya ke lantai, ini hari kedua dia berusaha membujuk Raka untuk mengubah keputusannya, namun reaksi Raka masih saja seperti ini.

Tidak perduli dan masa bodo.

"Kaaa!" rengek Agatha kesal, berusaha mengalihkan perhatian Raka dari buku-buku biadab itu. Memang apa bagusnya buku itu di bandingkan wajah cantiknya sih?!

Raka menghela nafas. "Tetep enggak. Gue gak akan masukin mereka lagi ke sekolah."

Jawaban tegas dan lugas Raka hampir membuat Agatha ciut. Namun gadis itu segera menggeleng dan menguatkan tekatnya lagi. "Kasian mereka, andai gue salah satu dari mereka gimana pandangan lo? Gue di drop out cuman karna satu kali ngebuli orang, terus--"

"Cuman?" potong Raka.

Agatha mengerjab begitu punggung tegap Raka yang sejak tadi ia tatap bergerak dan berbalik hingga kini dia bisa melihat wajah Raka dan juga tatapan tajamnya.

Agatha menelan ludahnya kasar.

Raka terus menatapnya tanpa melemahkan tatapan sama sekali, membuat Agatha menggigit bibir bawahnya. Hanya Raka yang bisa mengintimidasinya seperti ini melalui tatapannya.

My Roommate Is a Badgirl Where stories live. Discover now