18 - Jadi Baik

180K 23.8K 1.9K
                                    

Kepala Agatha sudah beberapa kali terpelanting ke meja karna mengantuk. Dia berusaha tetap sadar di tengah pelajaran Bahasa Indonesia yang sangat membosankan ini.

"Tha, bolos kuy?" Cici menyikut Agatha hingga mata yang hampir terpejam itu kembali terbuka.

Mia yang ada di depan mereka melirik sekilas dengan bibir manyun. "Tega ye lo bedua gak ngajak gue. Gak tau aja kalau gue ngambek langit mendung."

Agatha menoyor kepalanya dari belakang. "Ikut mah ikut aja syaiton. Kagak usah ngedumel."

Agatha kemudian berdiri dari kursinya. "Gue duluan, nanti lo berdua nyusul." Dengan senyum lebar Agatha mengangkat tangan. "Ibu cantik, Agatha boleh izin ke kamar mandi?"

Satu kelas melirik Agatha malas, ada beberapa juga yang menatapnya benci. Lagi-lagi anak itu pasti akan membolos membuat mereka semakin muak dengannya.

"Silahkan."

Agatha mengedipkan sebelah matanya pada Mia dan Cici kemudian keluar kelas dengan wajah berseri-seri. Langkah Agatha membawanya ke kantin untuk menunggu dua sahabatnya.

Namun sampai di sana dia malah terpaku dengan jantung yang sedikit berdebar. Matanya memandang lurus laki-laki yang tengah tertawa hingga lesung di kedua pipinya terlihat.

Menyadari jika laki-laki itu berjalan ke arahnya membuat Agatha segera pergi untuk menghindari perasaannya yang hampir terkubur itu kembali bergejolak.

"Agatha."

Terlambat, salah satu tangan Agatha sudah di cekal oleh pria itu. Agatha mengigit bibirnya kemudian menoleh perlahan dengan wajah tanpa ekspresi. "Ga, lepas."

Sagara tidak menyahut. Dia malah menatap teman di sebelahnya. "Lo duluan aja, gue ada urusan bentar."

Tanpa menunggu jawaban temannya, Sagara segera menarik Agatha untuk menjauh dari sana. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak Agatha tau dia dan Irene berpacaran, sangat sulit untuk menemui gadis itu. Dia selalu menghindari Sagara bahkan nomor beserta semua sosial medianya pun di blokir oleh Agatha.

Sagara menyeret Agatha ke belakang sekolah. Meski terkesan memaksa, namun Sagara berusaha tidak terlalu kuat mencengkram lengan Agatha agar gadis itu tidak kesakitan.

"Lepas!" Agatha terus berontak sampai akhirnya Sagara melepaskan tangannya. Agatha langsung memalingkan wajahnya begitu melihat sorot mata hangat dari pria yang masih menempati hatinya sampai saat ini.

"Tha, jangan jauhin gue." Sagara menatapnya lekat.

Kedua alis Agatha bertautan. "Terus lo pengen gua tetep di deket lo kayak dulu? Gila lo ya?"

Sagara menunduk. "Tha, lo benci sama gue?"

"Enggak." Agatha menggeleng. "Gue udah bilang kalau gue benci sama diri gue sendiri yang terlalu kebawa perasaan sama lo."

Menatap sorot mata Agatha yang berbeda membuat Sagara menghela nafas. Dia sepertinya sudah terlalu mengecewakan Agatha, gadis yang dua tahun ini selalu menemaninya dalam keadaan apapun.

"Tolong, Ga. Lo udah punya pacar jadi jangan ganggu gue lagi dan fokus aja sama pacar lo itu."

"Lo juga sama Tha. Lo udah punya pacar juga kan?" Sagara memicingkan mata dengan sorot kecewa. "Lo bilang akan setia nunggu gue. Tapi ini apa? Lo ingkar janji."

Agatha menatapnya tak percaya. "Kok jadi gue? Bukannya lo yang punya pacar duluan?" katanya tidak terima.

"Artinya itu bener kalau lo punya pacar?"

Seketika Agatha gelagapan. Siapa pacarnya? Raka? Laki-laki itu bahkan selalu memandangnya jijik layaknya kotoran kuda. Semakin terdesak dengan tatapan Sagara membuat Agatha akhirnya mengangguk.

My Roommate Is a Badgirl Where stories live. Discover now