Last MOVE.

4.7K 746 526
                                    

"INUI SAN?!"

"(NAME)?!"

Dor.

Teriakan memanggil nama berbaur dengan suara tembakan dari belakang, iris biru melebar kala merasakan sakit menyentuh bagian bawah dada.

Labium mengeluarkan cairan pekat berwarna merah menyusuri dagu.

"S-sial akh . ." Ia meringis semakin jadi saat sakit diperutnya juga darah kian membasahi pakaian.

Seishu berjalan kearah (Name) dengan tatapan panik, "(Name), (Name), (Name) . . PANGGIL AMBULAN!" Teriak Seishu panik.

Takemichi mengangguk menekan tombol pada benda pipih yang berada di genggamannya kini menelpon ambulan.

Koko berlari menghampiri sang gadis dengan khawatir tidak mempedulikan suara insan yang menuduhnya berkhianat.

Yang ada dipikirannya kini hanya sang gadis yang terbaring diatas aspal dengan kondisi mata berwarna putih seutuhnya merasakan rasa sakit.

"(Name)? hey, bertahanlah . ." Koko menepuk nepuk pipi tirus sang pemilik nama.

"U-urusai . . " Gumamnya mendengar kedua laki laki yang terus berteriak memanggil namanya.

Serasa hidupnya kini berada di ambang kematian, indra pendengaran kian menipis tidak mendengar suara apapun juga suara yang memanggil namanya hingga gelap mengambil alih dirinya.

Hidupnya berakhir ya ? batinnya.

Sungguh kisah yang singkat.

Apa ia akan bertemu dengan sosok kakak juga sahabat yang kini ia rindukan?

Jika memang dia benar benar mati, biarkan ia mengucapkan salam perpisahan yang baik untuk Seishu.

Juga menyuruh sang kakak untuk menghapus galeri foto di ponselnya.

Haha, ia tertawa dalam senyap memikirkan hal hal aneh.

Perlahan gelap ia tidak bisa memikirkan apapun.

Kembali tersadar, namun di tempat berbeda, dengan tubuh yang ringan bergerak menggunakan gaun putih di tubuhnya.

Mata mendongak menatap ke sekeliling namun atensi hanya dapat melihat warna hitam pekat, sunyi, tidak ada apapun namun satu titik cahaya memasuki indra pengelihatan.

Bibir kelu ingin mengucap, kaki perlahan berjalan menghampiri sosok cahaya, berlari mengejar cahaya namun titik itu kian memudar.

Bersamaan dengan sosok sang adiratna yang datang tak kian pulang menyapa mata.

"E-emma?" Jemari terulur mengarah ke wajah sosok sang sahabat mengelus pipi pucat milik Emma.

Jemari itu di tepis, kurva tipis ia tunjukkan pada labiumnya, menatap pada sosok yang kini berada dihadapannya.

"Kau belum harus berada disini." Telapak tangan menepuk bahu sang gadis.

Sang gadis kebingungan, ia ingin menangis namun air mata tak kunjung muncul di pelupuk mata seakan tidak memberi izin untuknya.

"Jangan cengeng (Name)!" Lantang Emma tersenyum simpul.

Mengabaikan penuturan sang gadis, pelukan hangat ia berikan pada sosok Emma, memeluk erat erat sang adiratna seakan tidak membiarkannya pergi kembali.

Emma tersenyum senang, "(Name) cepatlah sadar, banyak orang menunggumu." Emma mendorong bahu sang gadis agar melepas pelukannya.

"K-kau juga ya? Draken menunggumu juga Mikey . ." Suara perlahan memelan menahan isak tangis yang seakan ingin keluar dari labiumnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 12, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Move-(on) ; kokonoi hajimeWhere stories live. Discover now