28. Yoongi XXV

683 39 33
                                    

"Hai." Wajah bulat berbibir tipis itu memenuhi pandanganku saat aku membuka mata.

"Yoongi oppa." Aku mengucek mataku. Tubuhku terasa lemah dan pegal.

Jemari Yoongi pelan-pelan menyingkirkan rambutku dari dahiku. "Putri tidur." Ia tersenyum. "Sudah enakan?"

"Berapa lama aku tertidur?"

"Tidak lama, hanya sekitar 3 jam kurasa."

Aku meremas kepalaku. Rasanya sakit sekali, bagaikan ada palu yang memukul-mukul tengkorakku.

"Apa aku melakukan hal yang aneh, Yoongi Oppa?"

"Apa yang terakhir kau ingat?"

"Ngh...waktu...Seoho pergi..." Rasa sakit di kepalaku kembali menyerang. Aku mengernyit sambil menekankan bantalan tanganku ke dahiku.

Senyum Yoongi menghilang. Ia memilin-milin rambutku. "Iya, kau melakukan hal-hal yang aneh."

"Untungnya kau bersamaku." Ia berjalan ke pantry di kamar hotel yang akhirnya kukenali sebagai kamar hotel tempat kami menginap setelah ia menyiksa Sutradara Lee. "Tadi kau kuberi obat penenangku. Harusnya tidak boleh. Tapi obatnya dari dokter, dan kau hanya kuberi setengah dosis."

Aku merosot turun ke lantai, duduk berselonjor diantara 2 tempat tidur.

Aneh. Segalanya sangat aneh.

Aku memandangi tanganku yang terbebat perban. Sekilas aku teringat betapa paniknya Yoongi melihat tanganku berdarah karena cakaran Seoho.

Pria yang santai saja menembak manusia lain, panik karena luka lecet kecil?

Lalu kenapa ia pulang lebih cepat daripada jadwal yang sudah ditentukannya sendiri? Yoongi tidak pernah seperti itu sebelumnya. Ia tipe yang sangat disiplin dengan jadwalnya.

Lalu kamar hotel ini, buat pertama kalinya selama kami bersama ia menyewa kamar dengan twin single bed.

Apakah ada yang terjadi selama ia di Amerika?

Entah kenapa aku jadi berpikir perlu membawanya ke shaman. Mungkin ia terkena guna-guna atau dihantui roh halus?

Aku terkikik sendiri atas pikiranku. Mungkin daripada ke shaman, aku malah sebaiknya memberi sesaji buat makhluk halus yang sudah membuat Yoongi jadi baik begini.

"Memikirkan apa sampai tertawa sendiri?" Tangan Yoongi tiba-tiba di depan wajahku memegang sekaleng jus buah. "Kau baru minum obat penenang, tidak boleh minum alkohol."

Ia turut duduk di lantai, bersandar ke tempat tidur. Kami berhadapan. Kaki kami menjulur bersebelahan.

Ia mengeluarkan ponselnya, mendekatkannya ke telinganya. "Hyungjoon, aku ada keperluan penting hari ini. Batalkan semua jadwalku. Pindahkan ke besok setelah jam 2 siang. Aku tidak apa-apa kerja sampai malam."

"Oke. Terima kasih." Ia mematikan ponsel itu, lalu memandangku.

Kami sama-sama tidak berkata apa-apa. Akhirnya kami sama-sama memalingkan wajah dari satu sama lain. Membuka kaleng minuman kami, lalu menyesapnya dalam diam.

"Kau dan dia tidak pernah menginap disini kan?"

Aku menggeleng.

"Hotel ini memberi kenangan buruk buatmu ya?"

Dahiku berkerut. "Kenangan buruk...apakah?"

"Di hotel ini aku pertama jujur padamu kalau aku tahu hubunganmu dengan Seoho, kan."

"Ah..." Aku meneguk minumanku. "Kata-katamu waktu itu yang sedikit menyakitkan."

"Kalau tidur denganmu ada harganya?" Yoongi meringis

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Where stories live. Discover now