Tiga Lawan Tiga

3.1K 380 18
                                    

"Solar, Gempa, kalian fokus menyerang, setiap gerakan kalian akan ku buat pertahanan agar kalian lebih leluasa menyerang."

"Pertarungan kecil ini akan menjadi sulit jika mereka masuki mode serius."

Perkataan Taufan terus terngiang-ngiang di kepala Solar, membuatnya sedikit tenang dalam melakukan penyerangan.

Kini tidak ada wajah yang menampakkan candaan, Faisal mendekati posisi Solar berdiri, begitu pula dengan Ben yang sudah berhadapan dengan Gempa.

Sedangkan Reza bersiap menghadapi Taufan.

Layaknya kilatan petir, Reza melempar pisau kecil sembari berlari mendekati Taufan.

Setiap pisau kecil, Taufan berhati-hati menghindari benda tersebut mengenai kulitnya sebab benda tersebut telah memiliki dorongan dan tekanan yang kuat oleh sebuah elektrik.

Mungkin jika terkena, darah akan mengalir keluar dari tubuh Taufan.

Lima sentimeter, Reza hampir saja menyentuh Taufan bersama petir di tangannya tetapi tidak berhasil.

Sebab Taufan lebih gesit dalam pertahanan, tanah akan selalu melindunginya walau tidak diperintah olehnya.

"Kau hebat juga, Gempa." Ujar Reza.

"Kau mengenal Tok Kasa? Dia itu guruku. Masih ingin mencoba menyerang?" Berganti, Taufan mulai meremehkan kekuatan Reza.

Di sisi lainnya.

Terlihat Solar sudah terpojokkan oleh kecepatan sambaran petir ungu milik Faisal.

"Halilintar, Apakah petir sedang tidak berpihak pada dirimu?" Kata Faisal.

Solar mendecih, "Petir itu amarah, dia tidak akan berpihak kepada siapapun yang masih menyimpan keraguan."

"Bukannya itu kau?" Ledek Faisal.

"Terserah. Aku memang ragu tapi itu bukan urusanmu." Gumam Solar, matanya mulai menajam menatap lawan.

Kedua pedang muncul dikelilingi kilatan merah yang terlihat lebih menyeramkan daripada kilatan petir ungu milik Faisal.

'Fokus, Solar... Fokus..., Selama ini kau menginginkan kekuatan ini di tanganmu, bukan? Rasa ego mu harus dikurangi dalam pertarungan ini.' Batin Solar.

Sedikit memundurkan langkahnya, Faisal terlihat sedikit bergairah. "Tidak apa-apa, apapun itu akan ku lawan."

Mata merah ruby menyala, pedang halilintar ikut menyala, Solar melakukan trik yang sama seperti yang dilakukan oleh Kakaknya.

"Gerakan kilat!"

Terkejut bukan main, Solar menghilang dari pandangan Faisal.

"Dimana dia?!"

Secara tiba-tiba, Solar muncul di belakang Faisal lalu mengenai pedang halilintar tersebut.

Satu musuh hampir saja tumbang.

"Kurasa Solar memang jenius sejak dulu, kekuatan Kak Hali saja ia mampu kendalikan dalam beberapa menit." Kagum Ice.

"Rasanya aku ingin ikut bertarung." Blaze menggigit baju Ice.

"Weh! Jijik! Bau jigong!" Ice menjauhi gigitan Blaze yang sedang gregetan melihat pertarungan saudaranya.

Blaze menghela nafas sambil menutupi mulutnya. "Tidak bau."

"Bagi Kak Blaze emang enggak bakal bau, setiap hari kehidupannya dipenuhi tebar aroma dan pesona ketek."

"Bhaks-- Ohokk-- Ohokk-- Maaf, Kak Blaze, Thorn nahan ketawa."

Shuffle Siblings [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang