Amarah

6.4K 737 208
                                    

6th Round : Thorn as Halilintar


'Getting angry is actually punishing yourself with the mistake of other'

Dulu ia dikenal sebagai seorang yang ramah, polos, terkadang suka membuat lelucon.

Tetapi ia sekarang, seseorang yang kita kenal sebagai Thorn itu harus berubah menjadi kepribadian yang berbanding terbalik dengan dirinya. Sebab Thorn bukanlah Thorn yang seperti biasanya.

Ini juga termasuk tantangan terbesar bagi Thorn sendiri.

Sangat besar.

"Thorn! Kau sudah siap? Ayo, berangkat!" Seru Blaze.

Secepatnya Thorn menuruni tangga, ia sudah siap memakai seragam sekolah dan ia juga sudah siap membawa peralatan sekolah, ia hanya belum sarapan. Taufan menyadarinya langsung memberi sebuah roti bakar yang baru saja dibikin oleh Taufan sendiri.

Beberapa hari yang lalu, Halilintar, Taufan, Gempa dan Blaze, sifat mereka berubah, Thorn menarik kesimpulan seperti itu.

"Kenapa mereka semua bisa berubah? Bukankah lebih baik menjadi diri sendiri?" Tanya Thorn dengan suara pelan kepada Solar.

"Entahlah. Mungkin mereka menganggap kalo diri mereka sendiri saat ini adalah dirinya yang sekarang. Seperti Kak Taufan yang menganggap dirinya saat ini adalah Kak Gempa." Jelas Solar yang pastinya tidak sampai ke otak Thorn.

Thorn berpikir. Hingga sampai di kelas masing-masing, ia masih berpikir yang dikatakan oleh Solar. Bukannya Thorn terlalu lama untuk mengerti tetapi ia hanya bingung saja dengan kakak-kakaknya.

Apakah ia perlu mengikutinya juga?

"Halilintar." Panggil Taufan.

Sepertinya Taufan lupa jikalau di depannya ini adalah Thorn.

"Kak Upan? Kok manggil aku---"

Taufan menutup mulut Thorn. "Kan kita lagi berakting. Jangan bilang kau lupa?"

Thorn melepas bekapan Taufan, lalu menggelengkan kepalanya sambil terkekeh-kekeh.

"Jangan lupa lagi. Nanti kalo ketahuan musuh kan bahaya." Ucap Taufan sembari mencubit lengan Thorn diam-diam.

"Iya, iya. Kak Blaze dimana?" Thorn melongok kesana-kemari.

Taufan menunjuk Blaze yang merebahkan kepalanya di atas meja. "Dia tidur. Padahal nanti ada penilaian harian matematika."

"Penilaian?! Aku belum belajar, gimana nih?" Thorn panik, penghuni kelas melihat Thorn yang bertingkah aneh.

"Tenang, nanti aku bantu." Taufan mengacungkan jempolnya. Thorn terhura. Blaze pun terbangun.

Sesudah menjalani jam pelajaran yang cukup melelahkan, Thorn dan para murid lainnya pun mengemasi barang mereka untuk pulang ke rumah. Langkah pemuda yang terkenal sebagai seorang yang pendiam dan cuek itu menuju ke kantin untuk menemui saudaranya begitu juga dengan temannya.

Dengan cepat-cepat Thorn menuju tujuannya, ia ingin berbicara dengan kakak sulungnya, Halilintar.

Sebab Thorn selalu menghadapi masalah besar baru-baru ini.

Yaitu orang-orang menganggap bahwa ia adalah Halilintar. Dan lebih parahnya...

"Kami dari sekolah lain. Kau, Halilintar dari Sekolah Menengah Pulau Rintis kan?"

Berandalan lain menganggap dirinya adalah Halilintar. Satu fakta yang Thorn lupakan, Halilintar selalu membuat masalah dengan anak-anak berandalan dari sekolah lain.

Shuffle Siblings [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang