t u j u h

163 83 13
                                    

back to my story'

tandai typo!

ga punya quote! wkwk.

-dindai-

-o0o-

Kenapa muka gue jadi kek gini? jelek amat!?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kenapa muka gue jadi kek gini? jelek amat!?

Di lorong rumah sakit saat ini di penuhi oleh inti Crueldad. Disana juga ada Vio dkk. Tanpa kehadiran Zea. Setelah mendapat kabar bahwa Bara sedang dalam kondisi kritis di rumah sakit, mereka langsung bergegas menuju rumah sakit.

"Nanti gue kesana tapi nyusul"

Itu kata Zea. Sedari tadi Vio berjalan kesana kemari tak tenang. Vio adalah satu-satunya teman perempuan Bara. Oleh sebab itu Ia sangat mengkhawatirkan kondisi Bara.

Ceklek...

Semua atensi teralih pada pintu ruang ICU yang terbuka. Terlihatlah dokter pria setengah baya yang menangani Bara.

"Dok?" lirih Vio saat melihat dokter itu dengan tatapan sendu.

Dokter bernama Ade tersebut menghela nafas pelan.

"Kondisinya kritis, benda tajam itu sudah melukai ginjalnya, dalam sekali"

"ginjalnya terluka parah dan harus segera mendapatkan donor ginjal, kalau bisa secepatnya! kami akan membantu mencarikan pendonor yang bersedia"

"ini memang bukan hal yang mudah, kita hanya perlu berdoa saja! serahkan semua pada yang di atas" ujar dokter Ade panjang lebar, membuat semua yang berada disana meneteskan air matanya. Tapi setidaknya masih ada kesempatan untuk Bara bisa kembali pulih, itu yang dipikirkan mereka.

Tanpa sadar ada seseorang yang mendengar pembicaraan mereka. Cariran bening lolos ke pipi tanpa seizinnya.

Lalu ia berjalan mendekat ke arah teman-temannya. Tanpa Ia duga, Vio menubruk tubuhnya keras sehingga Ia terhuyung ke belakang.

"Bara, Ze!" ujarnya terisak.

Ya, dia adalah Zea.

"Dia kuat" ujarnya sembari tersenyum tipis.

Semua atensi teralih pada suara yang terdengar dingin.

Deg!

Suara itu?,- salah satu dari mereka berbicara dalam hati. Kini matanya sudah mulai berkaca-kaca.

"Gimana keadaan Bara?" Ya, orang itu adalah Rey.

"Bara membutuhkan donor ginjal secepatnya kak" sahut Ken yang sedari tadi hanya diam menyimak.

Rey mengusap wajahnya kasar. Satu-satunya orang yang Ia sayang setelah orang tuanya kini sedang bertaruh nyawa.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

z e a l a nWhere stories live. Discover now