d e l a p a n

151 79 23
                                    

back to my story'

tandai typo!

menangis dan luapkan segala emosimu dengan cara apapun jika itu membuatmu lebih tenang. kita hanya manusia biasa, wajar kalau kita merasa lelah akan kejamnya dunia

-alanno xaquille bagaskara-

-o0o-

Saat ini Alan sedang berada di sebuah danau yang berada tepat di belakang rumah sakit. Ia sedang duduk di sebuah kursi panjang yang sedikit usang.

Tiba-tiba Ia merasa ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Ia menoleh ke arah orang tersebut.

Zea. Ia duduk di sebelah Alan, dan menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

"Ngapain lo disini?" tanya Alan membuka suara.

Zea diam.

"lo tuli atau pura-pura tuli? tuli beneran tau rasa lo!" sarkas Alan menusuk yang membuat Zea menolehkan kepalanya.

Ia menatap Alan datar.

"Gue tau apa yang lagi lo pikirin" ujar Zea yang mampu membuat Alan menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Gue bukan cenayang atau apapun itulah" lanjutnya yang lagi-lagi membuat Alan terkejut akan gadis di depannya ini.

Bagaimana gadis di depannya ini tau apa yang sedang berada dalam di pikirannya? jarno wes, ga ngurus aku! wqwq.

"disini bukan cuma lo yang terluka, tapi semua orang juga terluka melihat kondisi Bara"

Alan masih setia menunggu apa yang akan di katakan oleh gadis di depannya ini.

"meskipun gue baru kenal sama dia, tapi gue juga ngerasa terluka, bahkan sangat"

Alan menautkan kedua alisnya.

"dan mungkin ini takdir--"

Dengan cepat Alan memotong ucapan Zea.

"ini bukan takdir" tegas Alan pada Zea.

Zea mengernyit heran.

"kalau aja waktu itu queen ga datang ke tempat dimana kita perang, Bara ngga akan sampai kayak gini"

"dan biang masalah ini adalah queen"

Deg!

Matanya memanas, tapi Ia berusaha menahannya. Zea tak habis pikir dengan cara pemikiran Alan.

Tapi itu tak masalah. Masalahnya adalah bagaimana caranya agar Alan tak salah paham atas kejadian yang menimpa Bara.

"Tapi menurut gue ini bukan sepenuhnya salahnya queen" ujar Zea hati-hati agar tak menyinggung perasaan Alan.

Alan menatap Zea sinis.

"ya kan lo bisa aja tunggu Bara sadar dari koma, setelah itu lo tanya alasan dia kenapa nolongin queen waktu itu?!" cicit Zea pelan.

"Apapun alasannya, gue ga peduli!"

Zea memijat pelipisnya. Ia harus bagaimana sekarang?

Ia menghembuskan nafasnya kasar. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Lo ngapain disini?" tanyanya yang hanya sekedar untuk basa-basi.

"Dari tadi gue tanya sama lo dan ngga ada jawaban, tapi sekarang lo malah tanya balik sama gue!" Alan mendengus kesal.

Gadis di depannya ini sangatlah tidak peka.

Zea terkekeh pelan. Alan yang melihat itu menolehkan kepalanya menghadap ke arah Zea. Ia tersenyum tipis melihatnya.

Cantik,- gumam Alan yang masih bisa di dengar oleh Zea.

"Hah?" beo Zea. Ia tadi sempat mendengar apa yang di katakan oleh Alan, tetapi Ia hanya berpura-pura tak mendengarnya.

"Ngga kok, gue ngga ngomong apapun! mungkin lo salah denger tadi!?" Alan masih berusaha mengelak.

Zea hanya menganggukkan kepalanya dan Alan pun bisa bernafas lega. Setidaknya Zea tidak menanyakan hal itu lagi.

"Lo udah nemu pendonor yang bersedia mendonorkan ginjalnya untuk Bara?" tanya Zea yang menarik perhatian Alan.

Alan menghembuskan nafas berat lalu menggelengkan kepalanya.

"Gue sama yang lain udah cari kemanapun tapi tetap aja hasilnya nihil!" ujarnya lesu.

"Semua butuh proses Lan. gue yakin cepat atau lambat bara akan segera mendapat pendonor ginjal!"

Alan hanya mengangguk mendengarnya. Ia merasa lebih tenang saat ini, entah kenapa.

-o0o-

Saat ini Rey sedang berada di depan ruang ICU bersama inti Crueldad yang lain. Semua perhatian teralih pada dokter yang datang dari ujung lorong, dokter itu menuju ke arah mereka.

"Kami akan segera melakukan tindakan!" ujar dokter Ade yang membuat mereka terkejut.

"tapi saya dan yang lain belum menemukan pendonor dokter".ujar Rey bingung.

"kami sudah menemukannya, dan beliau bersedia mendonorkan ginjalnya pada Bara. Tetapi dengan satu syarat," dokter Ade memotong ucapannya sendiri membuat yang lain menatapnya penuh tanya.

"Dengan syarat tidak ada yang boleh tau akan identitasnya, Ia memberikan ginjalnya ikhlas dan jangan pernah merasa anda ingin membalas kebaikan orang tersebut,"

Mereka menaikkan sebelah alisnya heran. Tapi kemudian mereka mengangguk menanggapi. Setalah penantian selama kurang lebih 1 Minggu, akhirnya ada orang baik yang bersedia mendonorkan ginjalnya untuk Bara.

Kebahagiaan terpancar jelas di wajah merrka, terutama Rey sang kakak.

"15 menit lagi kami akan melakukan tindakan operasi, dan yang kami butuhkan saat ini hanyalah doa dari kalian semua." ujar dokter Ade lalu masuk ke dalam ruang ICU.

Terima kasih Tuhan, kau telah mengirimkan orang baik untuk menyelamatkan satu-satunya harta saya yang paling berharga di hidup saya,- ujarnya dalam hati.

-o0o-

msha.queenze
Vi
Woi
Gue mau k luar kt, kr² seminggu
Ngebo mulu kerjaan Lo dah!

flvio.tgrcia
Apaan
Hah? lo kk g blng k gue sih
Sp yg ngbo njir

msha.queenze
Ini gue udh blng bambang!

flvio.tgrcia
Yee, santai dong!
Btw ngapain ksna, g ngajak gue lo!?

msha.queenze
G, ngapain ngajak lo!

flvio.tgrcia
Dasar temen biadap lo!?

Read!

Setelah menghubungi Vio, Zea menghela nafasnya pelan.

Sorry Vi, kali ini gue ngga bisa jujur sama Lo,- gumamnya dalam hati.

-o0o-

Ai lop yu all
,-dindai

HAI SAIA KAMBEK!!

MAAF YA AKHIR-AKHIR INI UPDATE LAMA, LAGI SIBUK😭

SEGINI DULU YA

SEE U NEXT PART 👋

EH NEXT OR NO?

BYE-BYE 👋

#staysafe
#stayhealty
#stayhome
#ayopakaimasker
#patuhiprokes
#covid19

senin, 04-10-2021

z e a l a nWhere stories live. Discover now