8. Hukuman

70 17 144
                                    

"Manusia layaknya seperti buku, ada yang sampulnya menipu kita, ada juga yang isinya  membuat kita terkagum-kagum. Well, don't judge by the cover!!"


~Alana Marona~

Typo bertebaran dimana-mana!!

Happy reading and enjoy

***

Suasana ruang BK terasa mencekam saat Pak Ucok selaku guru BK mengintrogasi dan mewawancarai Alana dan pihak lainnya yang bersangkutan.

Alana sudah duduk berhadapan dengan Pak Ucok dengan Elfathan yang berada di samping nya. Di sana juga sudah ada Glaydis, Bintang, Senja, Fanya, Shelina, Jelita, Thea dan teman-teman Mauren lainnya.

"Kenapa kamu bawa mereka ke sini, Elfathan? Bagaimana kronologisnya?" tanya Bu Dayu selaku guru BK yang mendampingi Pak Ucok.

"Saya gak tau kronologi yang sebenernya, Bu. Tapi tadi saya liat Alana ribut sama Mauren dan dia hampir aja matahin tangan Mauren,"  balas Elfathan.

Sebenernya tadi Elfathan dan teman-temannya tengah berjalan menuju kantin. Tapi di tengah-tengah perjalanan seorang gadis berkacamata bulat dengan rambut yang di kepang dua, datang menghampiri mereka dan mengatakan bahwa sedang ada keributan di ruangan kosong di belakang lorong sekolah.

Mendengar itu mereka segera bergegas memeriksa ruangan tersebut. Awalnya mereka mengira bahwa keributan tersebut terjadi akibat ulah para penyusup yang ingin melakukan penyerangan mendadak seperti kemarin. Itulah sebabnya mereka langsung memeriksa ruangan kosong itu untuk memastikan dan berjaga-jaga untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.

Namun, ternyata dugaan mereka salah. Bukannya mendapati penyusup di sana,  mereka justru malah mendapati seorang gadis yang tengah melakukan penganiyaan pada siswi lainnya, yang mirisnya hal itu justru menjadi tontonan teman-temannya yang lain. Bahkan mereka sama sekali tidak menghentikan dan melerai keributan itu.

Elfathan menjelaskan semuanya secara detail tanpa di lebih-lebihkan dan tanpa di kurang-kurangi sedikit pun, kepada Pak Ucok dan Bu Dayu. Mulai dari ia dan teman-temannya yang sedang berjalan ke kantin sampe akhirnya seorang gadis memberitahunya bahwa sedang ada keributan di ruangan kosong di belakang lorong sekolah. Hingga akhirnya ia memutuskan memeriksanya dan berakhir melihat Alana yang sedang menyudutkan Mauren dengan tangan yang mencekal lengan Mauren.

"Benar itu Alana? Benar, kamu hampir matahin tangan Mauren?" tanya Pak Ucok setelah mendengar penjelasan dari beberapa saksi.

Alana mengannguk pelan. "Iya, Pak. Bahkan bukan hampir lagi, saya udah matahin tangan kiri Mauren," jujurnya.

"Apa? Setelah kamu patahin tangan kiri nya kamu juga hampir matahin tangan kanan Mauren gitu?" kini Bu Dayu yang bertanya kepada Alana dengan wajah yang masih syok mendengar penuturan Alana.

"Iya, Bu. Bahkan tadinya saya udah ada niatan buat matahin semua tulangnya, saya juga sudah ada pikiran buat bunuh dia saat itu juga," kata Alana yang membuat semua orang tercengang sekaligus bergedik ngeri. Bahkan Bu Dayu sudah mengusap dadanya pelan, rasanya ia hampir kena serangan jantung mendengar ucapan siswi barunya itu.

Berbeda dengan Elfathan yang malah memasang wajah datar lalu tersenyum tipis, sangat tipis hingga orang-orang sama sekali tidak menyadari cowok itu tengah tersenyum sekarang. Elfathan sama sekali tidak heran jika Alana berkata seperti itu, sejak awal ia bertemu gadis itu, ia sudah tau kalo gadis itu brutal dan barbar. Bahkan ia sudah menduga gadis itu akan berkata seperti itu.

NATHANWhere stories live. Discover now