Prolog

279 51 7
                                    


" Happy Birthday, happy birthday to you..." Lantunan melodi bergema di ruang makan yang luas diiringi orchestra yang bermain di sudut ruangan.

Suasana meriah selaras dengan nuansa merah yang menjadi tema utama ulang tahun Eyang Putri tahun ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami menempati sebuah meja makan panjang bergaya Baroque klasik putih yang senada dengan selera Sang Empunya. Aku terbalut dalam kemeja lengan panjang yang dirangkap blazer formal abu-abu. Pendingin ruangan tambahan dipasang, udara sejuk yang dikeluarkannya mampu membuat suhu ruangan stabil di suhu 26 derajat celcius. Tapi aku merasakan sensasi hangat yang menyebar dari dalam hati. Di dalam sini, bersama dengan keluarga ini, aku tumbuh.

Lima menit sebelum acara dimulai tadi, aku memasuki gerbang rumah Eyang Putri. Aku menginjak rem tepat di tempat mobilku biasanya diparkir. Tempatnya tak pernah berubah, sejak dulu pertama kali aku main ke rumah Eyang dan memamerkan lisensi menyetirku. Aku selalu meletakkannya di situ, kemudian seorang driver Eyang akan memindahkannya ke tempat lain. Hal ini juga dilakukan oleh anggota keluarga besar kami yang lain. Kami punya aturan tak tertulis yang lebih tepat seperti kesepakatan keluarga besar tentang memarkir mobil saat kumpul keluarga di rumah Eyang Putri. Kami tak pernah dipusingkan dalam hal mengatur dan menata mobil.

Aku sedang memasukkan tanganku ke lengan blazer sambil berjalan ke arah pintu masuk utama ketika aku melihat sosok Tara berjalan keluar. Ia meloncat-loncat kecil saat berjalan karena ia gadis yang ceria. Aku memperhatikannya, Tara sudah banyak berubah sejak terakhir kali aku melihatnya. Ia sudah beranjak remaja sekarang. Si Bungsu ini sudah tujuh belas tahun. Wajahnya masih ceria, tapi ia berjalan lebih mantap dan pelan sehingga kesan ceria itu melebur bersama keanggunan.

" Mau ke mana, Dek?" tanyaku. sambil membenahi blazer abu-abu yang melingkupiku. Aku jadi semakin pantas menghadiri intimate dinner malam ini.

" Mami minta tolong ambilin bros yang ketinggalan di mobil, Mas."

Gadis itu dengan santai dan senyum lebarnya yang innocent melewatiku. Mami dan Papi beserta Tara si Bungsu berangkat duluan satu mobil. Sedangkan aku dan Rara Si Tengah yang sudah mendapatkan lisensi mengemudi, lebih memilih mengemudikan mobil sendiri. Aku menaikkan alis sambil terus menaiki undakan tangga menuju pintu utama.

Pintu utama raksasa itu menyambutku dengan dekorasinya yang cantik penuh bunga. Begitu aku melangkah memasukinya, entah bagaimana hatiku selalu merasa nyaman. Mungkin bagi orang lain pintu ini akan terasa mengintimidasi; ukiran dan ukurannya membuat orang seperti dilahap dan masuk sebuah dunia lain dibalik pintu ini. Namun , pintu utama rumah Eyang ini adalah awal pertemuan keluarga yang hangat, dimana aku dan para sepupu bercengkrama membuat waktu malu akan eksistensinya sejak kami kecil sampai sekarang.

Begitu masuk, sudah ada kursi kosong yang disediakan untukku. Aku tersenyum pada semua Om dan Tante, serta para sepupu yang sudah duduk dengan rapi mengisi meja. Aku mendekati mereka satu persatu dan memberi pelukan. Tepukan di pundak kudapatkan dari semua Om dan saudara sepupu laki-laki. Sepupu perempuan memilih mendaratkan bibirnya dengan ringan di pipiku sebagai ucapan salam dan selamat datang. Kali ini ada seorang gadis yang menempati sebuah kursi baru pada perjamuan makan Keluarga Tranggana. Nama gadis itu Lyra, anak Om Omar yang selama ini terlewat dari silsilah. Gadis itu tampak kikuk. Ya, tentu saja, ia pasti grogi dan tak tahu bagaimana caranya menembus kelekatan dan kebersamaan kami sebagai keluarga besar yang erat selama dua puluh tahun lebih.

Ah, giliranku untuk mengucapkan selamat pada Eyang Putri. Aku segera mendatangi Eyang yang memiliki kursi khusus di ujung meja makan. Sudah lebih dari tiga puluh tahun Eyang Putri ditinggal Eyang Romo berpulang. Eyang Putri seorang yang tegar dan seolah berdamai dengan kehilangan. Sebagai Janda Manggala Tranggana, Eyang Putri berhasil mendidik anak-anaknya menjadi orang-orang yang memiliki peran penting dalam usaha keluarga, bahkan membuat bisnis Tranggana melebarkan sayap hingga mencapai taraf multinasional.

Om Ajisaka dengan wibawanya yang terpancar merupakan anak tertua Eyang Putri dan kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Tranggana Textile Abadi, perusahaan yang dirintis dari nol oleh Eyang Kakung. Om Endraswara dan Indrastama adalah kembar yang sukses komisaris PT Lotus Rayon Asia Pacific (produsen baju siap pakai) serta ahli di bidang tekstil yang menjadi konsultan marketing untuk seluruh lini bisnis Keluarga Tranggana. Om Omar adalah anak keempat Eyang Putri, Om kesayangan kami yang baru saja menjadi lebih bahagia karena menemukan anak dari satu-satunya wanita yang ia cinta. Yang terakhir adalah Papi, Utama Tranggana yang penuh kharisma dan pandai bergaul memajukan bisnis perkebunan kapas bersama Mami.

" Sugeng Ambal Warsa Eyang Putri." kataku memberikan salam serta menunduk, hidungku menyentuh brokat merah bahan gaunnya tahun ini. Itu adalah ucapan selamat ulang tahun dalam Bahasa Jawa Kromo.

" Awan, kamu selalu ngucapin seperti Eyang Romo, ya. Hahaha... Thankyou Darling!" Eyang Putri menyunggingkan senyum lebarnya. Jemari tangannya yang dirawat dengan sempurna dan dihiasi kutek merah muda sewarna kain pelapis bagian leher gaunnya itu membelai rambut hingga ke bahuku.

Aku kembali menempati kursiku, sesaat mencari posisi yang nyaman. Melalui sela-sela gelas wine yang berbentuk seperti rahim itu aku melihat Rara. Aku melemparkan senyuman nakalku padanya. Ia adikku yang pertama, dan kali ini ia tampak lebih cantik dari biasanya. Anting yang dipakainya seperti mengikis gaya berpakaiannya yang tomboi selama ini, bahkan ia melakukan usaha lebih untuk memoleskan make up tipis di wajahnya. Cantik. Adik pertamaku ini, punya seperti kilasan bayanganku di cermin bila aku melihatnya.

Perjamuan makan pun berlangsung, menu demi menu kusantap sambil menikmati atmosfer keakraban dalam keluarga besar ini. Sendok, garpu, dan piring saling beradu. Dentingya seolah menyatu harmonis dengan instrumen musik klasik yang dimainkan sekelompok orchestra di sudut ruangan.

" Selamat, Awan! Udah selesai sekolahnya. Siap gabung dengan kami?" Om Ajisaka mengangkat tinggi gelas wine-nya.

Aku tersenyum membentuk sudut kecil di bibir kananku. Ceruk pemanis yang diberikan Tuhan padaku, yang kata orang membuatku terlihat mempesona ketika tersenyum.

Ah, aku menganggap itu hanya bualan saja untuk menyuruhku senantiasa tersenyum. Tidak apa-apa, aku lumayan suka dengan ceruk ini.

" Pasti, dong. Awan butuh banyak belajar dulu sebelum gabung. Biarin dia take a time dulu, nikmatin kepulangannya. Hahaha... Ya, nggak, Awan?" Papi menyambut Om Ajisaka dengan mengangkat gelasnya juga.

Tatapan Papi selalu ramah padaku. Aku salut ia berkata bahwa akan memberikanku waktu untuk menikmati kepulangan. Papi memang selalu bisa membuat orang lain nyaman dan senang berada di dekatnya. Papi dan Mami adalah pasangan bak ukiran pualam yang sungguh memesona. Papi dengan kharisma dan sikapnya yang easy going, dan Mami yang anggun dan senantiasa dapat memantaskan diri di setiap situasi, mereka berdua pasangan yang sangat serasi.

Seperti Papi dan Mami, semua yang ada di sini patut dan serasi. Pesta terus berlangsung, kebisingan dalam ruangan ini berasal dari semua anggota keluarga yang terlibat pembicaraan intim satu sama lain. Aku menikmati semua komponen pesta ini. Dekorasi mewah, alunan musik yang elegan, juga makanan yang dipersiapkan dari semua bahan terbaiknya. Rasa vanilla yang menyengat kontras dengan bentuknya yang begitu lembut dan rentan. Ada sedikit rasa getir pada vanilla bila kau lebih teliti dalam mencecapnya. Rasa itu terbalut dalam manis yang membutakan indera di dalam mulut. Vanilla Cake dessert perjamuan makan ini kulahap sembari memperhatikan sekelilingku. Gelak tawa, wajah-wajah berseri dengan segala sentuhan eksklusivitasnya. Ya, aku Wirawan Misroslav Tranggana, salah satu bagian dari keluarga Trah Tranggana.


#awal #trahtranggana #keluargatranggana #pestaulangtahun #writhon #awantranggana #jakarta #glamour #mewah #ceritaorangkaya #CEO #ceritacinta #kisahmisteri #ceritamisteri #kalung #kisahcinta

LAVALLIERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang