Recalling

102 24 1
                                    

Recall those days, look back on all those times. Think of the things we'll never do. There will never be a day when I won't think of you. - Thing of Me, Song of Panthom of the Opera

Kuhempaskan diriku ke bedcover cokelat berbahan serat bambu yang lembut dan dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuhempaskan diriku ke bedcover cokelat berbahan serat bambu yang lembut dan dingin. Aku berbaring dengan resah. Aku rasakan napasku dalam diam. Angin sejuk tak berhenti keluar dari dua pendingin ruangan kamarku. Andai saja aku bisa seperti ini terus. Aku pemuja keadaan stagnan yang tidak merepotkan. Andaikan semuanya tetap diam dalam posisinya, pasti aku tak harus menghadapi ini.

Kumasukkan wajahku dalam sela-sela tumpukkan bantal. Aku sempat berharap mati karena kehabisan napas dalam posisi itu. Tentu saja itu mustahil. Walaupun seseorang sudah punya tekad untuk bunuh diri, tubuh punya mekanisme tersendiri untuk menyelamatkan nyawa.

Aroma manis dan sedikit pahit yang lembut dari parfum Jo Malone seolah masih melekat pada diriku. Harum tubuh Fey melingkupiku, membuat pisau yang seolah menusuk-nusuk dalam dadaku ini semakin ganas. Pelukannya dan sikapnya yang innocent, menjadikan pikiranku semakin keruh akan semua yang terjadi bertubi-tubi di awal tahun ini.

Kalau saja aku tidak mengikuti kata-kata laknat Jeffrey Kam untuk menyatakan perasaan malam tahun baru, pasti aku tidak akan tenggelam dalam perasaan membuncah. Aku yang sudah mempersiapkan diri untuk ditolak, menjadi sangat mencelos seperti balon kempes kehabisan udara ketika Fey mengungkapkan ingin mencari sosok laki-laki yang selama ini berkelebat dalam pikirannya. Sama sekali tak kusangka itu yang ia minta.

Kalau saja aku menahan diriku dan tidak menemani Fey pulang ke Jakarta, aku bisa menunda pengungkapan fakta dari Mami dan Papi tentang penculikan lima belas tahun lalu. Aku bisa menggerakkan bahuku dengan leluasa tanpa beban mencari kalung lapis lazuli warisan Engkong. Aku tahu, aku laki-laki tertua dalam keluarga ini. Aku tahu, aku harapan banyak orang dan setiap gerak-gerikku tak luput dari pantauan rekan maupun rival. Aku memiliki tanggung jawab pada keluarga ini dan semakin dewasa aku semakin merasakannya.

Fey mungkin merasakan ada yang tidak beres denganku. Kalau bisa berubah wujud, rasa pedih dan bersalahku bakal menguap jadi udara saat aku bersamanya. Karena akulah Fey diculik, ia hilang selama seminggu sebelum akhirnya terselamatkan melalui proses barter antara Papa Mamanya dan si penculik yang dikawal oleh tim khusus dari kepolisian. Selama seminggu itu, bagaimana hidup Fey? Kami tak pernah tahu.

Fey kembali seperti ia yang sebelumnya. Matanya yang besar tetap saja jernih dan bening seolah tak terjadi apa-apa. Ketika ditanya apakah Fey tak apa-apa? Apakah Fey dijahati? Fey selalu menjawab tidak tahu. Saat Papa dan Mamanya memeriksa Fey menyeluruh secara medis, hasilnya pun bersih. Tak ada bekas penganiayaan atau pemaksaan. Fey aman. Setelah itu baru kami menyadari, ada bagian dari diri Fey yang tidak utuh ketika ia pulang. Sepotong ingatannya ketika peristiwa itu hilang. Apakah ingatan itu mungkin jatuh, atau diambil orang? Fey hanya mengingat terakhir kali aku mengalungkan kalung lapis lazuli itu padanya. Kemudian ia berkata ia pulang seperti biasa.

LAVALLIERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang