Efort

141 30 5
                                    

You were once my one companion,

You were all that mattered.

- Wishing You Were Somehow Here Again, Song from The Phantom of the Opera

Matahari seperti menjajah dan menjadi penguasa, padahal belum beranjak siang hari itu di Melbourne

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari seperti menjajah dan menjadi penguasa, padahal belum beranjak siang hari itu di Melbourne. Berulang kali aku mengangkat tangan agar keringat tidak menggangguku dalam beraktifitas. Sebentar saja di luar ruangan, panas mendera. Berbeda dengan panas di Jakarta yang lembab, panas di Melbourne selalu kering dan membuat kulit iritasi. Paling tidak, itulah yang aku alami.

Kacamata hitam tak lupa kukenakan. Aspal jalan yang berbenturan dengan cahaya matahari menyakitkan mata.

" Ready to go to Tiffany & Co Jewellery Shop, Collin Street CBD Melbourne."

Aku sungguh mencintai mobil ini. Mercy convertible yang suka kupakai jalan-jalan dengan kap terbuka ketika musim semi di mana udara hangat tapi menyejukkan, atau akhir musim gugur di mana hawa dingin mulai menampar manis wajahku. Tentu saja aku melakukannya bersama Fey.

Jeffrey Kam, cowok Singapura dengan kacamata dan tas ransel yang talinya ia tarik sampai habis sehingga tas itu terlihat menyatu dengan punggungnya sama sekali bukan seorang yang membuatku tertarik untuk menyapa. Namun, berhubung ia tinggal di apartemen satu nomor setelah apartemenku, kami jadi sering menyapa ketika sama-sama membuka pintu pada waktu bersamaan. Jeffrey Kam jadi sahabatku karena fetisnya terhadap Christine dari Panthom of the Opera, film kesukaanku sepanjang masa. Kami mulai mengobrol dan saling main ke apartemen satu sama lain. Kami minum vodka bersama dan berbagi cerita. Hidupnya lurus saja. Jeffrey anak seorang tuan tanah di Hongkong yang memiliki paspor Singapura. Kaya? Kau bisa lihat dari semua kemeja berkerah tinggi dan berlengan panjang yang ia kenakan. Selalu licin, rapi, dan berasal dari butik ternama dengan kualitas nomor satu. Semua gadgetnya keluaran terbaru dan tercanggih. Ia akan membuang gadgetnya begitu ketinggalan jaman dengan membungkusnya bersama sampah masakan cina take-away yang sering dipesannya lewat telepon. Menurutnya, biar saja itu menjadi rejeki dari petugas pemisah sampah. Oke, tapi menurutku hal itu agak sedikit kejam. Bagaimana bila gadget itu tidak ditemukan dan malah dihancurkan di tempat pembuangan? Mubazir jadinya.

Oke. Jeffrey Kam orang yang asyik. Ia spekulan saham dan pemain forex. Dia menjadi satu-satunya teman baikku selama di Melbourne. Kemarin, ia meyakinkanku untuk mengambil tindakan perihal hubunganku dengan Fey.

" Hello! You both practically spent time together in this apartment. Nothing happened! You're such a Nobleman, Bro! You such a losers with damn rubbish in your head! Go on..., buy some girl's thing, like a lippie or necklace, and confess to her."

Maka dari itulah siang ini aku mencari 'girl's thing' yang cocok untuk menyatakan cinta pada Fey. Dari dulu, bukannya aku tidak mau bilang langsung tentang perasaanku ini. Kebersamaanku dengan Fey yang nyaris seumur hidup dipertaruhkan. Bagaimana kalau Fey menolak pernyataanku? Apakah kami bisa biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa setelahnya?

Fey seorang yang lincah, periang, detail, dan sedikit OCD. Semua hal ia persiapkan sampai hal yang detail. Kadang-kadang ia terlalu perhatian sampai sehelai rambut pun tak boleh tidak pada tempatnya. Kadang-kadang kecermatan itu membuatku bersyukur. Jarang ada cowok yang akan betah dengan ketelitiannya itu. Mungkin mereka akan jengah dan bahkan bisa marah. Fey aktif dalam organisasi. Ia ketua OSIS pada masa sekolah dulu dan saat di kampus ia pemimpin beberapa komunitas mahasiswa Indonesia di Melbourne. Fey sibuk. Ia banyak bertemu orang dan menggaet hati beberapa cowok. Namun, Fey selalu menolak ajakan semua cowok untuk keluar. Beberapa ada yang nekad 'menembak' Fey tanpa pendekatan dan tentu saja Fey memamerkan gigi gingsulnya yang cantik itu dan menolak dengan sopan. Ia bisa membuat cowok yang ia tolak tetap menyapanya dan berperilaku seperti biasa keesokan harinya. Mungkin itu cowok lain, beda kasusnya denganku.

Persahabatan kami terbentuk sejak kami masih sama-sama merangkak. Mama Fey adalah kawan terbaik Mami. Mami senang sekali punya anak di saat yang sama dengan sahabatnya. Mami dan Mama Fey sudah janjian mengkonsumsi vitamin yang sama, memakai jasa obgyn yang sama untuk melahirkan, dan juga makan kudapan hasil ngidam bersama.

Aku pun seperti terhipnotis perkataan Jeffrey yang menyuruhku menyatakan perasaan pada Fey. Gedung Tifanny & Co cukup mencolok dengan warna toskanya yang berperang dengan sinar matahari. Udara panas enyah begitu aku menginjakkan kaki pada granit eksklusif berwarna cokelat susu bergaris abu-abu. Langit-langitnya yang sangat tinggi membuat lampu-lampu yang sengaja diinstalasi secara tak beraturan itu mirip seperti bintang. Aku berjalan perlahan di pinggir, mencoba mengamati highlight toko ini. Mami selalu mampir ke sini ketika mengunjungiku. Ia biasa pergi bersama Rara atau mengajak Fey. Makannya aku memilih ke sini. Mungkin aku akan memilihkan sebuah perhiasan dengan hiasan kucing.

Bukannya menemukan perhiasan berbentuk atau berhiaskan kucing, aku malah mendapati kalung untuk kucing peliharaan yang bisa digrafir nama. Meskipun pecinta kucing, Fey tidak pernah mempunyai kucing karena dilarang oleh Papa dan Mamanya. Buatku, wajah Fey malah lebih mirip hewan kesayangannya itu. Ia punya mata yang lebar yang seksi seperti mata kucing. Matanya sempurna ketika ia memoleskan eyeliner. Fey begitu menggemaskan.

Ah, aku sempat terpesona dengan sebuah cincin dengan batu biru muda. Di ujung batunya terdapat mainan berbentuk kepik kecil yang seolah-olah hinggap pada batu itu. Aku coret pilihan itu. Aku akan memberikan hadiah untuk seorang gadis dua puluh empat tahun, bukan anak SD. Aku berkeliling. Untungnya pramuniaga toko menyapa dan berusaha membantuku yang kelihatan bingung. Pasti pramugari ini sudah berulang kali mengalami kejadian seperti ini. Seorang pria yang kebingungan mencari sesuatu untuk hadiah bagi seseorang yang spesial.

Pramuniaga itu menanyakan ciri-ciri fisik, hobby, dan hal yang menarik dari Fey yang membuatku mengasihinya. Tak lama,pramuniaga itu membawakan sebuah cincin kecil yang bisa disesuaikan lingkarannya. Cincin itu memiliki setitik permata kecil dan hiasan berbentuk daun mungil yang menyesuaikan bentuknya dengan permata yang menjadi artis utama. Aku langsung meminta pramuniaga berkuncir kuda yang cekatan membungkus cincin itu. Aku tersenyum. Kilau permata dan bentuknya yang sederhana tapi manis membuat hatiku berbunga-bunga membayangkan Fey yang memekik gemas mendapatkan hadiah ini.

Kembali kupakai kacamataku dan tergesa masuk ke dalam mobil. Jangan sampai udara panas itu terlalu lama menerpa kulitku. Aku tak tahan. Aku kembali ke apartemen untuk memberi tahu Jeffrey bahwa persiapan sudah dilakukan. Cincin 2.300 AUD yang kubayar dengan kartu kredit HSBC itu sudah terbungkus paperbag toska mencolok mata dengan pita putih. Selanjutnya tinggal menyusun rencana momen pernyataan ini di sela-sela perayaan tahun baru.

#writhon #writhontranggana #awantranggana #keluargatranggana #misteri #dramamisteri #fiksipsikologi #crazyrich #ceritacrazyrich #melbourne #love #ceritacinta #desire #novelmisteri #psikologi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

#writhon #writhontranggana #awantranggana #keluargatranggana #misteri #dramamisteri #fiksipsikologi #crazyrich #ceritacrazyrich #melbourne #love #ceritacinta #desire #novelmisteri #psikologi

LAVALLIEREWhere stories live. Discover now