[9] Mencari Bukti

3.4K 416 9
                                    

Aku belajar bertanggung jawab dari segala hal yang kulakukan. Termasuk, tindakkan salah.

-Darrel Atmaja Aditama-

Alice menyandang tas ransel hitam miliknya. Melangkah santai di lorong sepi seraya menggenggam kotak pink yang ia dapatkan semalam. Alice sengaja telat masuk hari ini lantaran kejutan yang akan ia berikan kepada salah satu siswi di dalam sana.

Sebenarnya, Darrel sudah beberapa kali menghubungi. Namun Alice mengabaikan panggilan itu. Dan mungkin saja Darrel sedang di ambang kepanikkan sekarang, sama seperti yang ia lakukan ketika Alice menghilang secara tiba-tiba.

"Fokus. Lo ngapain sih!" sentak Bima kala melirik Darrel menghentak-hentakkan kakinya di lantai.

"Alice gak nerima panggilan gue Bim."

"Mungkin lagi di jalan, atau lagi gak mood sekolah."

"Gak! Alice kalau libur pasti hubungin gue lebih dulu," sanggah Darrel.

"Ya, mungkin lo gak penting lagi_

Buuk..

Darrel mengangkat wajah. Tidak, semuanya yang fokus dengan pelajaran dari Bu Indah melongo saat Alice menghempaskan kotak berwarna pink di meja Sarah, gadis yang pernah berseteru dengannya beberapa hari yang lalu.

"Lo kan. Sarah!" garis bibir Alice terangkat sumbing, ia mendekatkan wajahnya berbisik. "Gue tau itu lo!"

"Maksud lo apa? Jangan sembarangan nuduh dong."

Alice berdiri tegap sembari melipat tangannya di bawah dada.

"Alice, apa ini? Kenapa datang-datang membuat kegaduhan seperti ini!" ia mengabaikan teriakan Bu Indah, fokusnya tak teralih.

"Coba buka?" pinta Alice. Sarah tertegun, mata demi mata meliriknya seakan menginterogasi. Bergeming Sarah di tempat.

"Ngapain lo nyuruh gue buka. Gue gak tau sama sekali tentang kotak itu."

"Makanya buka! Dan lo akan tahu isinya apa?"

"Al, ada Apa?" Darrel mencekal lengan Alice saat ia sudah sampai di sisi kirinya, Alice melirik Darrel sekejap hanya untuk memberi senyum.

"Lo nuduh gue?" tanya Sarah lagi. Ia masih ingin membela diri. Mencari pembenaran dari paniknya.

"Kalau bukan dari lo, ya gak usah takut untuk membukanya dong."

"Ibu aja yang buka_"

"Jangan!" Sarah terpekik kecil, tangan ia rentangkan agar Bu Indah tak menyentuh kotak itu, hal yang di lakukan Sarah justru membuat Alice memperjelas tawanya.

Suasana riuh. Mereka berdiri bergerumun cukup penasaran, berbeda hal dengan Sarah yang di ambang rasa takut.

"Lo gak mau membukanya. Biar gue yang buka," sanggah Bima, tanpa jawaban ia merebut dan membuka kotak itu secara tergesa. Tangan Bima bergetar dan kotak itu terhempas lagi di atas meja. Ada beberapa silet bahkan darah yang tergenang di dalamnya.

Sontak semua memekik takut lalu mundur beberapa langkah. Siapa yang berani melakukan hal yang begitu mengerikan?

Darrel mendekat, menatap isi kotak dengan napas yang memburu. "Itu darah siapa?" tanya Darrel, kali ini ter-arah untuk Alice. Gadis itu bungkam.

"JAWAB!"

Sarah menggigil. Ia tak sanggup berkata-kata. Kegilaan Alice yang membawa kotak darinya ke sekolah membuat ia tak habis pikir.

Tanpa jawaban. Darrel kembali mendekati Alice dan meraih paksa jemari gadis itu lalu memeriksanya secara teliti. Tak ada bekas sayatan di sana yang membuat napas Darrel kembali berdentum normal.

Hai Darrel [Tamat]Where stories live. Discover now