[27] Berhenti Sebentar

3K 464 190
                                    

Aku hanya mencoba pergi sebentar tapi kamu sudah beranjak bahkan menjauh. Apa aku ini hanya plester untuk mengobati lukamu saja?

-Darrel Atmaja Aditama-

"Pagi Bunda," Sapa Darrel kala menatap sang Bunda yang baru saja meletakan sarapan di atas meja, bahkan lelaki itu belum menerima jawaban dari Dinda lantaran ia kebingungan melihat Darrel sibuk mengolesi roti dengan selai coklat dan menata di tempatnya, untuk pertama kali ia melihat Darrel membawa bekal ke sekolah.

"Tumben Rel, ada apa?"

"Ini bukan buat Darrel Bun, tapi Anna."

Regal menghentikan langkahnya seketika saat ia hampir sampai, begitupun Lara dan Clara yang langsung menatap Darrel tanpa berkedip.

"Kenapa kamu membawa bekal buat Anna Rel?" tanya Clara, Darrel tersenyum singkat.

"Kemarin Anna sakit perut Nek karena dia telat makan, makanya Darrel membawakan roti untuknya, Darrel takut kalau nanti Anna tiba-tiba sakit," ucap Darrel tenang.

"Rel, Anna pasti sudah sarapan di rumah," cegah Dinda di dalam resahnya, sekali lagi ia menatap mata Darrel yang justru tampak berbeda.

"Untuk jaga-jaga Bunda," ujarnya. "Darrel berangkat dulu ya Bun, Ayah, Nenek, lara_"

"Kenapa pagi sekali Rel?" Regal mendekat sembari menepuk bahu sang putra dengan lembut.

"Untuk memberikan roti ini kepada Anna Yah, kemarin saat Darrel mengantarkannya pulang Darrel meminta dia untuk datang pagi-pagi sekali ke sekolah."

"Mengantarkan Anna?"

"Iya Bunda."

Dinda menggeleng meyakinkan diri, ia tepis semua yang mulai bermunculan, pertanyaan gila yang terbesit ia buang seketika.

"Lalu, bagaimana dengan_"

"Alice?" Dinda mengangguk.

"Demi Bunda, Darrel akan menjauhi Alice," helaan napas berat ia keluarkan lalu menunduk. "Darrel melihat dia terluka lagi kemarin Bun, Papanya memberikan bekas tamparan hingga membuat bibirnya robek, tapi Darrel malah pergi tanpa membalut lukanya lebih dulu."

"Rel."

"Semuanya akan terbiasa kok Bunda, Alice pasti kuat meskipun tak ada Darrel di sampingnya, keinginan dan kebahagiaan Bunda jauh lebih penting dari segalanya, dibandingkan perasaan dan kesakitan kecil yang Alice rasakan. Bunda tenang aja."

Darrel mendekati Dinda lalu mengulurkan tangannya untuk ia cium.

"Assalamualaikum Bunda, Darrel berangkat.

"W-waalaikumsalam."

-DARREL-

"Anna," panggil Darrel tatkala menatap punggung gadis yang sekarang sedang berdiri tegak bersama Fiola tengah berbisik, bahkan saat Anna memutar tubuh kecemasan tertera di sana.

"Kak Darrel."

"Kertas apa yang lo pegang?"

Anna memutar jemarinya ke belakang dengan cepat, hal itu justru membuat Darrel semakin penasaran, namun satu hal, kertas itu tak hanya satu, terbukti saat Darrel melengos lalu menatap dinding dengan gambar yang tertempel cukup banyak bahkan memenuhi lorong sekolah.

Darrel meraih satu kertas yang sama saat ia lihat di genggaman Anna, foto Bima dan Alice tengah berpelukan di tempat yang berbeda, atap sekolah dan trotoar beriringan dengan hujan lebat.

Hai Darrel [Tamat]Where stories live. Discover now