[14] Aku Tahu Tentangmu

2.7K 365 79
                                    

Bagaimana caranya ikhlas. Jika takdir menghadirkan wajah yang sama untuk yang kedua kali.

-Anisa Putri Keyrin-

Baru beberapa menit perjalanan Darrel menghentikan laju motornya begitu saja, jelas membuat gadis yang berada dibelakang mengernyitkan kening bingung, terlebih saat lelaki itu mulai menghela napas dengan kasar.

"Turun Na!" titah Darrel. Anna menurut.

"Kenapa kak?"

"Gue gak suka cara lo ngomong sama Alice," tanpa aba-aba Darrel memberikan penuturan sedikit menusuk kepada Anna. Gadis itu hanya tersenyum tipis sembari mengalihkan tatapan kesembarang arah.

"Apa yang aku ucapkan kepada Kak Alice gak ada yang salah Kak. Aku pengen Kakak menjauh dari dia, pikirin Bunda dan Ayah Kak Darrel, bagaimana jika dia tahu putra kesayangannya terlibat dengan hal-hal yang tak wajar."

"Lo gak tahu apa-apa tentang gue dan Alice. Lagipula, gue juga punya pikiran untuk menolak sesuatu yang tak baik, lo gak perlu khawatir," jawab Darrel. Anna tertawa meremehkan.

"Buktinya kemarin Kakak gak bisa menolaknya kan? Sampai-sampai Kakak di bawa ke kantor polisi."

"Anna_"

"Aku dengar orangtuanya gak baik. Mamanya kurang waras, dan Papanya tak pernah pulang kerumah_"

"Karena itu!" Darrel bangkit dari motornya lalu mendekat. Ia melihat Anna dengan hembusan napas yang keluar cukup gusar. "Dia tak memiliki keluarga yang utuh. Tak mendapatkan kasih sayang yang layak. Jadi gue mohon, jangan pernah membahas masalah cinta orangtua kepada anak yang tak pernah mendapatkannya Anna," pinta Darrel mengiba, berharap gadis itu mengerti dan memahami perasaan Alice kekasihnya. Namun sayang.

"Kakak lupa. Aku juga tak memiliki orangtua yang utuh. Ayahku telah pergi bahkan sebelum bisa kulihat," Anna membulatkan mata lantaran kata-kata Darrel mulai menumpuk dan membuat ia merasa sakit, genangan di netra gadis manis itu seakan berlomba terjatuh, namun Anna menahannya.

"Jika Kakak terus menjaga Kak Alice, lalu siapa yang akan menjagaku. Tepati janji yang pernah Kakak buat di makam Ayahku," pinta Anna menggebu. Darrel hening tak bersuara. Hatinya mulai bergemuruh hebat dan sulit untuk ia tenangkan.

"Lo masih punya Bunda. Lo bisa mendapatkan pelukkan hangat darinya. Lalu bagaimana dengan Alice?"

"Sebanyak apapun kesalahan Kak Alice dan keburukkan yang terlihat. Kakak pasti akan mencari pembenaran yang bisa Kakak jadikan alasan. Kak Alice, pasti tetap baik menurut Kakak."

"Karena dia pacar gue Na! Gue mencintainya."

Setetes air mata Anna terjatuh. Kalimat yang ber-iringan dengan tekanan dari Darrel membuat hati Anna teriris. Sakit dan kecewa beradu di dalam sana, Anna, bahkan tak bisa lagi mencerna segala hal yang tertumpuk. Sedetik.

"Bohong!" sentak Anna sembari mengusap lelehan yang terjatuh disela pipinya.

"Itu bukan cinta melainkan belas kasih. Mata Kakak bisa menjelaskan segalanya, semua yang terjadi dan Kakak rasakan, bukan cinta."

Darrel menunduk menatap lantai. Tertawa ia mendengar ucapan Anna yang mampu menyentil jiwanya. "Sebanyak apa keyakinan lo tentang perasaan gue Na?" tanyanya.

Anna menetralkan debaran yang begitu menyesakkan, pelan tapi pasti ia kembali berbicara. "Aku mengenal Kakak dari dulu, jangankan untuk mencintai orang lain, untuk diri sendiri saja Kakak tak pernah memberikannya. Boleh menemani seseorang yang terluka, tapi. Sembuhin dulu lukamu Kak."

Hai Darrel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang