[15] Berawal Dari Hal Buruk

2.6K 363 50
                                    

Semua yang dimulai dengan keburukkan. Langkah berikutnya akan menjadi lebih buruk. Percayalah!

-Anna Salsabila-

Anna mengolesi obat merah di jari sang Bunda sebelum ia merekatkan plester di sana. Raut yang tak biasa dari Anna membuat Nisa memperhatikan Putrinya dalam-dalam.

"Anna. Kamu kenapa Nak?" tanya Nisa lembut, Anna mendongak lalu menggeleng lemah.

"Kamu marah sama Darrel yang pergi tiba-tiba?"

"Itu pasti Kak Alice," tebak Anna tak ter-arah. Nisa mengusap bahu Putrinya penuh kehangatan.

"Siapa Alice?"

"Orang yang Kak Darrel jaga mati-matian. Dia mengabaikan Anna demi gadis itu."

"Anna, kamu gak boleh ngomong seperi itu. Darrel juga berhak mempunyai teman yang lain."

"Tapi yang ini gak boleh Bunda."

Anisa terkejut mendengar jawaban cepat dari Anna. Terlebih saat Putrinya menatap begitu serius.

"Kenapa gak boleh?"

"Gadis itu terkenal buruk di sekolah. Semua orang bahkan guru tahu bahwa dia orang yang pantas dijauhi."

"Ya Allah. Anna," Nisa meninggikan intonasi suaranya saat Anna mulai berucap di luar batas. "Kamu gak boleh membedakan seseorang hanya karena rumor buruk tentangnya. Apa kamu tak pernah memikirkan Darrel, jika gadis itu tak baik kenapa Darrel menjaganya. Itu berarti dia memiliki sesuatu dan hanya mereka berdua yang mengetahuinya."

Nisa mengusap wajah Anna yang mulai terdiam. "Sayang, Bunda gak pernah mengajarkan kamu untuk berburuk sangka kepada orang lain, dan Darrel, jangan batasi dia untuk berteman dengan siapapun, kamu juga tak perlu mengharapkan Darrel untuk menjaga kamu Nak, Anna masih punya Bunda, Bunda yang akan menjaga kamu," tambahnya.

"Anna hanya ingin menyelamatkan Kak Darrel Bunda, Anna gak mau dia terjerumus kedalam jurang yang lebih dalam."

"Selama Darrel baik-baik saja_"

"Kak Darrel di bawa ke kantor polisi Bunda, dia jelas gak baik-baik saja."

Jantung Anisa berdetak begitu hebat. Jemarinya terlepas. "A-apa maksud kamu Anna?"

"Apa ini yang Bunda bilang tak boleh berburuk sangka? Dia menjerat Kak Darrel dan sekarang orang-orang memanggilnya siswa dan siswi kriminal di sana."

Anisa membekap mulutnya, ia tak mampu bersuara. Pedih, hatinya mulai berdetak sangat pedih.

"Mereka harus dipisahkan sebelum terlambat Bunda, karena hal-hal yang berawal dari keburukkan, sampai akhir akan tetap menjadi buruk."

-DARREL-


"Assalamualaikum," Darrel tergesa masuk dengan perasaan teramat senang, terlebih setelah ia mendapatkan pesan dari seseorang yang juga ia rindukan. Saat matanya terfokus kepada wanita tua yang tengah duduk di sofa, air matanya justru menetes, apalagi wanita itu memberikan senyuman yang membuat isakkannya semakin lolos.

"Waalaikumsalam."

"Nenek," Darrel berlari mengejar sang Nenek yang bangkit dari duduk. Ia dekap erat tubuh yang mulai sedikit kurus, menangis Darrel di pangkuan Clara.

"Cucu Nenek kenapa jadi cengeng begini?" ledek Clara seraya memperkuat pelukkannya di tubuh Darrel.

"Kamu gak merindukan Aunty Rel?"

Suara yang mengusik telinga Darrel membuat ia melepas pelukan sang Nenek. "Enggak," jawabnya singkat.

"Darrel. Kenapa berbicara seperti itu sama Aunty. Bukannya kemarin kamu bilang kalau Nenek dan Aunty_"

Hai Darrel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang