[29] Kehilangan Aku

3.5K 444 131
                                    

Demi menatap luasnya langit, kamu mengabaikan bintang kecil yang senantiasa menari. Jika nanti ia pergi, kamu akan tahu bahwa setitik cahaya itu berarti.

-Anna Salsabila-

Kekalahan ini membuat Darrel tak lagi bersuara, terdiam ia di antara Fiola dan Anna, begitupun mereka yang sekarang mulai menatap dengan remeh.

Sebenarnya, kekaguman banyak wanita terhadap lelaki yang pintar melukis ini sudah memudar semenjak ia mengumumkan dirinya dan Alice berpacaran, bahkan kebencian mereka kepada gadis perusak di sekolah itu membuat Darrel ikut dibenci.

Sekarang seolah sia-sia ia mengiba karena tak akan ada lagi yang mau bersimpati kepadanya. Terkecuali, Anna.

"Kak," Anna mendekati Darrel yang masih diam. "Kakak gak papa?"

"Gue gak papa," jawab Darrel santai, ia memberikan secuil senyum lalu membuka tas ransel hitamnya untuk memberikan roti yang sudah ia bawakan kepada Anna, kala tangan Darrel terulur, Anna menatap mata lelaki itu dengan binar sedikit keraguan di balik netranya.

"Gue cuma punya selai coklat_"

"Aku suka kok," sanggah Anna lalu mengambilnya dari tangan Darrel. Ia pandangi dengan lekat kotak itu bersama sorot kebanggan, jantung Anna berhasil berdetak karena hal kecil ini.

"Boleh gue nanya sesuatu sama lo Na?"

Anna terkesiap, dalam tunduknya ia masih belum berani memandangi mata sakit itu, Anna takut jika pertanyaan Darrel justru tentang Alice.

"Na?"

"Iya, boleh."

"Lo ngomong apa sama Alice?"

Ternyata benar, ini tentang Alice. Anna menghirup udara di sana dengan rakus lalu memandangi Fiola yang sekarang mengangguk ragu-ragu.

"Aku hanya meminta Kak Alice untuk mundur."

"Hanya?" tanya Darrel memelan, ia sungguh kecewa sekali mendengar jawaban teman masa kecilnya yang bersikap tanpa pamit lebih dulu.

"Akukan udah pernah bilang, ini demi kebaikan kakak dan Bunda."

"Kalau lo mengikuti Bunda, lalu siapa yang akan berada dipihak gue Na?" cukup sendu Darrel berucap, ia seakan memohon satu dari ratusan orang yang membenci kehadiran Alice di hidupnya diterima oleh Anna, gadis yang juga teramat ia sayangi.

"Aku?" Anna menunjuk dirinya dengan gelak tipis. "Aku melakukan ini karena memihakmu kak."

"Kalau lo emang berada dipihak gue, tolong kembalikan Alice."

Deg

Bukan, ini bukan debaran biasa, ini hujaman sakit yang datang, Anna menepuk dadanya yang bergemuruh sesak, kenapa permintaan Darrel sungguh menyentak perih hatinya? Apakah Anna seegois ini untuk berada di samping Darrel tanpa siapapun lagi yang mengambil posisi itu.

"Kak_"

"Na, lo ngerti gue, kan? Kita bersama hampir setiap hari semasa kecil, menghambiskan waktu sampai sore, tak ada satupun dari raut wajah gue yang gak lo pahami. Sekarang coba tatap gimana hancurnya gue Na! Kehilangan Alice rasanya sesunyi ini."

Bibir gadis manis itu bergetar, jemari yang memegang kotak bekal dari Darrel juga ia remat dengan erat, di sela tatapan lekat itu tetesan hangat meluncur deras dikedua sisi wajahnya, Anna tak mampu lagi menahan keperihan ini sehingga ia lampiaskan dengan menangis.

"Na, lo kenapa_"

"S-sunyi? Bagaimana jika yang hilang itu aku?"

"Lo gak mungkin hilang, emangnya lo mau ke mana?"

Hai Darrel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang