3'2

3.5K 295 12
                                    

"Makasih ya, Cantik."
- Gabriel Alvanzio Melvan

Gabriel menggandeng tangan Sasha untuk keluar dari rumah sakit.

Nyaman.

Hal itu yang dirasakan oleh Sasha. Entah kenapa hatinya tenang ketika ada Gabriel bersamanya saat ini.

"Mau kemana?" tanya Sasha heran ketika dirinya berada di parkiran rumah sakit.

"Gimana keadaan lo?" tanya balik Gabriel dengan tatapan khawatir.

Sasha terdiam sejenak. Sekelebat perkataan Dokter Tian muncul di kepalanya. "Gue nggak mau ada yang tahu tentang ini" batinnya.

"Sha? Jawab gue" panik Gabriel semakin menjadi melihat Sasha terdiam dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sasha tersenyum manis. "Nggak papa, cuman kecapean aja kok" jawabnya.

"Kenapa senyum lo beda?" batin Gabriel.

"Beneran? Dokternya nggak bilang apa - apa lagi?" tanya Gabriel memastikan.

"Nggak, kalo ngga percaya. Bentar" Sasha mengambil sesuatu dari dalam tas sekolahnya.

"Nih, cuman vitamin aja yang dikasih" ucapnya lagi dengan menunjukkan bungkusan vitamin berwarna pink putih.

Gabriel melihat jeli tulisan yang ada di bungkusan tersebut. Vitamin 2 x 1.
Harus habis.

Gabriel menghela napasnya. "Puji Tuhan, lo nggak kenapa - kenapa. Sekarang apa yang lo rasain? Pusing?"

"Sialan! Gimana anak orang nggak baper kalo lo giniin terus Gab!" batin Sasha gemas.

"Nggak, gue sehat kok. Tapi.."

"Tapi apa?"

"Gue laper hehe" ucap Sasha membuat cowok yang ada di hadapannya kini tertawa pelan.

Reflek tangannya mengelus kepala Sasha. "Kenapa lo nggak bilang dari tadi hm? Ayo cari makan".

Deg. Deg. Deg.
Jantung Sasha berpacu cepat dari sebelumnya. Tubuhnya mematung sempurna mendapat perlakuan hangat dari cowok yang ia sukai.

"Nih, pake" ucap Gabriel dengan menyodorkan helm putih kepadanya.

Sasha mengambil dan mulai memakainya. "Lo juga laper?"

Gabriel mengangguk dan mulai menyalakan mesin motornya.

Sasha melihat motor milik Gabriel yang cukup tinggi itu mendadak kelabakan. "Aih! Gimana cara gue naiknya nih? rok gue.." ucapnya pelan.

Gabriel yang merasakan tidak ada tanda - tanda naik dari Sasha pun menoleh ke belakang. "Kenapa, Sha?"

"Eh? Nggak, nggak papa kok. Bentar gue naik dulu"

Sasha tampak memegangi ujung roknya agar tidak ke tarik ke atas. Hal tersebut ditangkap oleh mata manik Gabriel.

"Tunggu. Jangan naik dulu"

Sasha mengernyit heran. "Kenapa?"

Gabriel melepaskan jaket hitamnya dan memberikan kepada Sasha. "Sorry, gue lupa kalo rok lo pendek. Nih pake, buat nutupin" ucap Gabriel.

Seketika otak Sasha lemot...

"Hah?" hanya itu yang bisa diucapkan Sasha.

"Sialan! Kenapa mukanya tambah ganteng si anjir!" batinnya.

Gabriel terkekeh melihat Sasha yang tak paham dengan maksudnya. Ia pun turun dari motornya. "Gue boleh ngaitin jaket ini ke pinggang lo?" ijinnya.

"Hah? Eh? Jangan! Biar gue aja sendiri" jawab Sasha dengan cepat mengambil jaket tersebut dan mengaitkan ke pinggangnya.

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang