6'3

2.5K 194 8
                                    

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Bel istirahat baru saja berbunyi, dengan cekatan ia memasukkan buku dan tempat pensil ke dalam tas.

"Aku tunggu di taman belakang." suara berat itu mengejutkan dirinya.

Tapi, ia tidak ingin mendongak. Lantaran sudah tahu siapa. "Ya." singkatnya seraya berdiri dan berjalan pergi tanpa melihat sedikit pun.

Sikapnya membuat laki - laki itu tertegun. Gadisnya berubah 360° dari yang dulunya selalu tersenyum manis kepadanya kini bersikap acuh.

Senyum kecut tercetak di wajahnya. "Gue brengsek banget ya?"

"Gab!"

Gabriel menoleh. "Gue harus selesaiin semuanya, Bec."

Perempuan itu memeluk lengannya. "Gue.. boleh ikut? Gue harus minta maaf sama dia."

"Jangan. Gue mau selesaiin hubungan gue dulu." ucapnya seraya menurunkan tangan Becca.

Ia mengacak rambut frustasi dan mengusap wajahnya gusar sebelum pergi ke tempat yang menjadi saksi kandas hubungannya.

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Gadis yang memakai jaket berwarna pink pastel itu tidak berjalan ke arah tempat janjiannya, melainkan ke kelas dua belas. Kelas XII MIPA 1.

Dirinya sudah tidak memperdulikan banyak kakak kelas yang melihatnya dari atas hingga bawah. "Sha!"

"Kak Agatha!" senyumnya sumringah ketika melihat kakak kelas perempuannya itu.

"Cari Kelvin?" goda Agatha.

Entah kenapa, pipinya terasa panas setelah mendengar nama yang baru disebutkan. "Emm... Iy──"

"Ekhem. Ada yang nyariin gue ya?" ucap Kelvin yang tiba - tiba ada disampingnya.

Sasha terjingkat kaget. "Ish! Kakak ngagetin tau!"

"Hahaha.. Maaf, Cantik."

"Cantik.." bukannya salting, justru ia terdiam.

Perubahan raut wajah Sasha menarik perhatiannya. "Eh? Gue salah ngomong ya?"

Sasha menatap kakak kelasnya itu dengan senyum. "Jangan panggil aku itu ya, Kak. Itu panggilan dari dia."

Kelvin berdehem pelan. "Oke. Lo udah ketemu?" tanyanya yang mendapat gelengan pelan.

"Tapi, aku mau kesana kok,"

"Yaudah. Aku kesana dulu ya, Kak" tambahnya dengan melihat keduanya.

Kelvin mengangguk dan tercetak senyuman di bibirnya. "Hati - hati, lo pasti bisa."

"Kalo dia ngelakuin hal buruk ke lo, langsung telpon gue ya?" ingatnya lagi untuk menenangkan gadis itu.

Sasha mengangguk dan melambaikan tangannya seraya berjalan ke arah berlawanan.

Di tengah perjalanannya, ia menenangkan dirinya sendiri. "Lo pasti bisa. Lo nggak boleh kelihatan lemah di depan cowok brengsek kayak dia. Iya! Gue pasti bisa." semangatnya sendiri.

Kini langkah kakinya sudah menapak di area rumput hijau yang sudah sedikit tumbuh ke atas.

Dirinya melihat laki - laki yang sangat disayanginya itu sedang tertunduk lesu bersender di tembok sekolah.

ARSHAVINA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang