04. Datang dan Pergi

243 37 10
                                    

"Mengharapkan apa yang seharusnya datang dan apa yang seharusnya pergi. Tetapi, itu kembali kepada semesta yang bermain lagi."

.
.

btw, selamat malam minggu~

Jangan bikin aku pundung dengan ke-sideran kalian, semoga ada kesadarannya:"

Happy reading kaliann~~

.
.

Langkah kaki pria yang hampir saja menginjak usia setengah abad itu terlihat lunglai, seolah tak memiliki tujuan.

Kebahagiaannya terenggut begitu saja ketika mengetahui mungkin karma tengah bermain bersamanya atas kesalahan yang ia perbuat sebelas tahun lalu.

Meninggalkan anak dan istri, demi keegoisannya dan hal gegabah yang ia buat.

"Aargghh!" Donghae menggerakkan dengan kedua tangan yang sibuk menjambak rambutnya sendiri.

Pikiran pria itu kalut, bimbang, dan mengambang begitu tak jelas.

"Rumah," gumamnya kemudian.

Air matanya menitik dari ujung ekor mata tajamnya, dirinya benar-benar terpuruk.

Matanya yang selalu menatap nyalang dan seperti terlihat ingin membunuh itu kini berubah. Hanya ada bola mata yang memerah dan dipenuhi air mata di pelupuknya.

Kehilangan membuatnya rapuh dan penyesalan hanya membuat hati serta pikirannya membuatnya berpikir bahwa ego membuatnya bodoh teramat lama.

Ia bodoh karena telah membuang rumahnya.

Tempat dimana ia merasa aman, berbagi kehangatan, tawa canda, dan menikmati takdir kekeluargaan bersama-sama.

Namun, ia menyia-nyiakan hal yang ia punya. Kembali berpikir, sungguh bodoh dan tak berguna.

***

Suara kekacauan begitu memenuhi gudang belakang sekolah kala itu. Gerombolan Hyunjin memukuli habis Jaemin yang sudah terkapar tak berdaya.

Suatu kesempatan yang bagus karena Jeno sakit dan absen sekolah. Pikirnya, kenapa tak sakit bersamaan saja? Kejam.

"Sshh-sialan..." Lirih Jaemin sambil memegangi perutnya.

Wajah dan tubuhnya sudah dihiasi lebam dan sobekan luka yang memperlihatkan darah segar yang keluar dari sana.

Cih!

Hyunjin meludah tepat pada tubuh Jaemin yang meringkuk di bawahnya. Didalam gudang hanya ada dia dan Felix, sisanya berjaga luar.

"Heh, Anak Haram! Lo masih bisa ngatain gue setelah gue dah hampir jadi malaikat pencabut nyawa lo? Hebat!" Pemuda itu tertawa remeh.

"Bilangin sodara lo yang anak haram juga itu, nggak usah sok-sokan, jijik gue liatnya." Hyunjin berjongkok guna meraih dagu Jaemin agar menatapnya dengan jelas.

"Gue nggak ada masalah ama lo, apalagi Jeno juga." Gertak Jaemin dengan nada menahan rintihan.

"Hah? Tapi omongan abang elo itu udah kayak pecundang tau nggak?!"

SEMPITERNAL : Raise A Lot Of HopeWhere stories live. Discover now