11. Kita Musuh?

258 33 0
                                    

"Bagaimanapun, mungkin sekarang kita terlihat memiliki benteng pertahanan masing-masing yang mempunyai tujuan masing-masing. Ketahuilah, masih ada yang menginginkan semua ini bersatu dan aku salah satunya."

Jaemin

.
.

akhirnya saya balik ygy? 🫠
sebelumnya, aku mau ucapin,
"minal aidzin wal faidzin buat Gaiseu yang hampir ditelantarkan, maaf karena sudah menghilang 🙂🙏"

and

*sorry if typos everywhere, belum sempat cek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*sorry if typos everywhere, belum sempat cek
.
.

Emosi Jeno benar-benar tak terelakkan. Dengan wajah merah padamnya itu, ia bahkan berani meninggalkan sekolah dan menunggangi motor ninja kesayangannya dengan kecepatan tinggi. Itu adalah hal biasa saja mungkin mengingat dirinya adalah seorang penguasa jalanan. Jika dikatakan kondisinya sekarang, ia sangat marah dan kecewa dengan tindakan sang adik kembarnya.

Apakah selama ini Jaemin selalu berhubungan dengan Donghae secara sembunyi-sembunyi?

Apakah perubahan Jaemin berkaitan dengan ini?

Dan segala pertanyaan yang sudah menjadi tanda tanya besar bagi Jeno mulai bermunculan satu per satu— dan semuanya mulai mengobrak-abrik pikirannya.

Jeno baru menyadari sesuatu, Jaemin kerap kali keluar rumah dan jarang berkumpul dengan temannya dengan Jieun sebagai alasannya. Maksudnya, seperti menemani Jieun ke toko buku, jalan-jalan, menemani gadis itu belajar, atau semacamnya. Intinya dengan gadis itu, jadi dia tidak menaruh rasa curiga sama sekali.

Jeno yakin, Jieun bukanlah tipe gadis yang terlalu menempel dengan lelaki, termasuk dengan Jaemin sekalipun walaupun mereka terlihat sangat dekat. Eum... Bagaimana ya, menjelaskannya?

Mereka berteman? Yang Jeno tahu kan begitu.

Laju motornya itu ia bawa menuju markas tempat biasanya ia bermain atau berkumpul dengan teman nongkrong dan balapannya. Jeno tidak mungkin pulang saat jam sekolah sedang berjalan, Yoona bisa saja sewaktu-waktu sering pulang cepat atau meliburkan diri ketika tidak ingin atau kerjaan di kafetaria tidak terlalu padat.

BRAK!

"Y-yo, Dude! Calm down!"

Setelah membuka pintu dengan keras, lelaki itu menjatuhkan bokongnya di sofa yang tersedia disana, duduk di samping orang yang datang terlebih dahulu sebelumnya. Mark.

Napasnya masih tersengal-sengal akibat sesak dalam dadanya, dengan segera Jeno  merebut kaleng soda yang berada dalam genggaman lelaki berdarah Kanada itu tanpa memedulikan tatapan pemilik yang sudah memesan tampang jengah dan setengah melotot sebelumnya.

SEMPITERNAL : Raise A Lot Of HopeWhere stories live. Discover now