13. Pria Croissant

112 14 1
                                    

“Takdir itu sudah tercantum mutlak dalam kehidupan setiap makhluk

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

“Takdir itu sudah tercantum mutlak dalam kehidupan setiap makhluk. Tidak ada yang namanya karma, keberuntungan, kebetulan, atau semacamnya. Ingat, takdir sudah ada yang menentukan.”

.
.
.

Siapa nunggu aku update? hehe~
VOTE & COMMENT NYA DUNGG BIAR AKU SEMANGAT xixixi

Selamat membaca semuanya...

.
.
.

Sekolah kini tampak seperti tempat yang sangat ingin dihindari dua minggu terakhir. Ada yang tahu kenapa? Jawabannya... karena para murid tengah menghadapi ujian semester ganjil saat ini.

Ujian semester, ujian praktek, dan masa remedial benar-benar membuat seluruh murid pusing bukan kepalang.

Belum lagi yang merasakan banyak ujian hidup, memuakkan pasti.

Apalagi hari ini sungguh menyebalkan bagi Hyunjin dan teman-temannya. Bagaimana tidak? Matematika dan kimia bertepatan dalam satu jadwal tepat hari ini, membuat kepalanya ingin pecah memikirkan berapa banyak rumus untuk mengisi lembaran ujian tadi.

"Lesu banget lo Jin," kekeh Felix menatap temannya itu yang hanya sibuk termenung sembari memainkan korek apinya.

Bahu Hyunjin yang merosot akibat terlalu letih itu ditepuk pelan, "jangan terlalu keras sama diri lo, omongan orang tua nggak selamanya harus bisa dituruti kalo lo nya nggak sanggup. Iya 'kan?" Ujar Bangchan memberikan sebungkus rokok dengan senyum khasnya.

"Gue udah bosen ngingetin ini ke elu, Jin."

Ngomong-ngomong, pemuda bernama Bangchan itu berumur lebih tua dua tahun dari Hyunjin dan yang lainnya. Pemuda itu memiliki sifat yang lebih urakan dari yang lainnya — bisa dibilang orang yang sering memberi pemasukan buruk untuk teman-temannya. Termasuk Hyunjin.

Keluarga yang berantakan juga menjadi alasan pemuda itu merubah jalan hidupnya. Tapi, lelaki itu memiliki versi yang berbeda dari Hyunjin.

Klub malam, balapan liar, tawuran, sering bolos sekolah dan terlibat banyak masalah yang mengharuskannya tidak naik kelas sebanyak dua kali. Miris atau harus kasihan?

"Lo nggak paham," menerima sodoran kotak rokok, pemuda Hwang itu mulai menghisap batang nikotin itu tanpa peduli guru memergoki mereka.

Sebuah kebiasaan buruk yang dilakukan secara berulang biasanya akan menjadi candu, bukan begitu?

"Bokap sama nyokap gue obsesi sama kesempurnaan Keluarga Hwang, mereka mau jaga itu dan berharap banyak mungkin sama gue." Pemuda itu terkekeh pelan, kembali menghisap rokoknya dan menatap satu persatu wajah teman-temannya.

Wajahnya tampak tak seperti biasanya. Tidak ada Hyunjin dengan tatapan tajam dan muka menyeramkan. Kini hanya kantung mata yang kian membesar, sayu, dan sedikit pucat akibat sering begadang untuk sekedar membaca buku-buku tebal yang dibelikan suruhan sang ibu untuknya. Cukup mengerikan.

SEMPITERNAL : Raise A Lot Of HopeWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu