|Park Jisung || Hening

88 51 45
                                    

○ Happy Reading__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○ Happy Reading__________

Dibantu vote dan komen
Terimakasih

.
.
.
.
.

Hening

Klek

Alat pendengar itu akhirnya terlepaskan. Kembali mendengar keheningan yang selalu menemaniku.

"Aku hanya ingin melepas keheningan ini"

Brak

🌻🌻🌻

"Halo? Sung? Park jisung?!"

"Dimana dia??"

Perasaanku yang buruk terus berfikir tentangnya. Keluar dari panti dan berlari menuju lokasi jisung yang telah terlacak.

"Gedung lama ini...jangan bilang kalo? Jisung!" Pikiran burukku yang terus menghantui perasaanku tentangnya tak kunjung berhenti.

Nafasku yang sudah mencapai batasnya dengan kakiku yang mulai bergetar.

"Jangan sekarang! Tolonglah!" Teriakku kesal dan mencoba untuk terus berlari hingga sampai di lantai paling atas.

Sebuah kursi roda yang tak berpemilik terlihat diam di ujung tembok. Laki-laki bertubuh tinggi di depan mataku berdiri dengan sedikit keraguan. Angin yang bertiup ke timur mengibas pakaian yang dia gunakan.

"PARK JISUNG!" Teriakku yang berlari kearahnya dan segera menariknya untuk kembali turun dari ujung bangunan tinggi itu.

Jisung yang melihat ke belakang dengan mata masih mengalirkan air di pipinya. Dengan menarik bajunya kasar, akhirnya aku bisa menangkapnya walau aku harus tertimpa dengan tubuhnya yang berat.

Mencoba untuk tak berfikiran negatif dan memeluknya dengan erat. Tubuhku terlentang begitu saja dan membiarkannya menangis di pundakku.

"Kenapa aku yang terus disalahkan? Aku tak berbuat apapun! Aku tak mengharapkan apapun! Tapi kenapa mereka terus menyalahkanku dengan apa yang mereka perbuat sendiri?! Apa yang salah dari hidupuku?! Aku tak berharap dilahirkan cacat seperti ini! Ini bukan pilihanku untuk terlahir menjadi tunarungu! Kenapa takdirku seperti ini?!" Semua teriakan yang dia ucapkan di telingaku mengembalikan ingatan tentang kejadian kemarin tentang orang tua kandungku.

"Itulah sebabnya aku tak ingin memiliki orang tua selain ibu panti"

Puk puk

Silent || Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang