|Park Jisung || Rahasia

55 35 36
                                    

○ Happy Reading__________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

○ Happy Reading__________

Dibantu vote dan komen
Terimakasih

.
.
.
.
.

Rahasia

"Dia...kembali menunjukkan wajah aslinya didepanku."

"Berpura pura tertawa, namun tak bisa menutupi luka."

"Bekas tamparan itu, menjadi luka didalam hatinya yang akan bertahan lama. Apa yang harus kulakukan?"

"Gue bakal cerita ke lu"

"Hm, gue bakal dengerin" jawabku yang tersenyum dengan jawabannya.

🌻🌻🌻

Pergi ke kamarku dan membeber alas tipis untuk tempatnya beristirahat.

"Lu gak papa kan dilantai?"

"Santai, gue udah bisa tidur dilantai"

"Oh...nyoh bantal" ucapku yang memberikan bantalku padanya.

"Lu pakek apa?"

"Ada guling, gampang"

"Oh...oke, thanks"

"Hm"

Dengan berbaring terbalik aku mulai menidurkan kepalaku sambil mendengarkannya bercerita.

"Lu gak nyesel kan kalo gue cerita?"

"Lha kenapa gue harus nyesel?"

"Mungkin" ujarnya yang sedikit melirikku.

"Jadi gimana cerita lu bisa dapet bekas tamparan itu?" Tanyaku yang memulai berbicara.

"Ah...ini sedikit rumit untuk dijelaskan"

"Ceritakan dengan perlahan"

"Gue orangnya gak suka diatur, dan juga gak suka disuruh suruh. Lu tau sendiri kan?"

"Hm"

"Ditempat itu, yang sering dibilang orang sebagai rumah. Sebenarnya bukan rumah yang ku harapkan. Orang tua, kakakku gak ada yang berpihak padaku. Ibuku cuman bisa nangis dibalik punggung ayah tak sedikit pun membela anak bungsunya. Ayahku yang selalu bermain fisik tanpa berfikir akan menyakiti hatiku atau tidak. Kakakku yang selalu menutup mata dan telinga saat melihat kebenaran tentangku, dan tak membuka mulutnya untuk membelaku"

"Waktu aku pulang kerumah, ayahku selalu melihatku dengan tatapan yang tak ku suka. Aku hanya ingin bebas, tanpa kekangan seperti kakakku. Ayahku mengatakan bahwa aku harus terus belajar dan menjadi pintar seperti kakakku. Tapi dengan keadaanku sekarang, apa yang harus ku perbuat? Ini bukanlah pilihanku untuk menjadi pintar atau bodoh seperti yang mereka katakan. Aku sudah berusaha semampuku untuk menjadi yang terbaik dimata mereka, tapi hasilnya tetap sama. Mereka terus menuntut nilai sempurna yang hanya sebatas permainan angka tanpa melihat kerja kerasku selama ini."

Silent || Park JisungWhere stories live. Discover now