Chapter 41

3.8K 253 7
                                    

"Tante Tari!" Luna menyongsong Tari yang baru saja turun dari mobil Arga.

Tari tersenyum dan balas menyapa. "Luna sudah mandi?" tanyanya melihat rambut panjang anak itu yang setengah basah.

"Sudah, Tante." Luna menggandeng tangan Tari, mengajaknya masuk ke dalam rumah.

"Luna, Tante bawa sesuatu nih buat kamu." Tari memberikan paper bag dalam jinjingan.

"Apa ini, Tante?"

"Coba deh kamu lihat sendiri."

Luna membuka paper bag itu dan mengeluarkan isinya. "Tante kok tahu sih kalo aku suka ini?" Binar di mata Luna semakin nyata saat melihat vanilla panna cotta yang dibawa Tari. "Pasti Papa yang bilang, kan?"

"Nggak... Tante tahu sendiri kok. Gimana? Kamu suka?"

"Suka banget, Tante..."

"Ya udah, kalo gitu mending dimakan sekarang aja."

Luna mengangguk cepat, lalu menyuap dessert yang tadi dibeli Tari di toko kue.

"Arga, kamu nggak mau sekalian?" Tari menawarkan.

"Ntar aja deh, aku mau mandi dulu." Arga menolak. Badannya sudah menuntut untuk dibersihkan terlebih dulu.

"Tapi nanti keburu cair, Arga." Tari mengingatkan.

"Ya udah kalo gitu. Akk..." Arga membuka mulutnya.

Tari kebingungan sendiri. Apa maksud Arga melakukan itu?

Luna tertawa melihat tingkah Arga. "Papa minta disuapin, Tante."

"Hah?"

Arga tersenyum, dan kemudian kembali membuka mulutnya.

"Kamu ada-ada aja," ujar Tari namun tangannya mendekatkan sendok berisi panna cotta ke mulut Arga dan menyuapinya.

"Ternyata enak banget, lagi dong..." Arga membuka kembali mulutnya lebar-lebar dan meminta Tari untuk menyuapinya.

Bermula dari satu suap. Akhirnya satu jar vanilla panna cotta dengan topping saus strawberry akhirnya lolos ke dalam perut Arga. Tentu saja dengan disuapi Tari.

"Ih, Papa kayak anak kecil makannya disuapin," ledek Luna pada Arga.

"Emangnya cuma kamu yang boleh disuapin?" Arga tertawa sambil mengacak-acak rambut si gadis kecil. "Oh ya, Luna, mulai sekarang kamu panggil tante Tari itu mama ya!"

"Apa, Pa? Mama?" Luna bertanya heran. Matanya berlarian memandang Arga dan Tari secara bergantian.

"Iya, mulai sekarang kamu panggil tante Tari mama," ulang Arga. Kali ini sembari melirik Tari.

Yang dilirik akhirnya membuka mulut. "Iya, kamu panggil mama ya. Jangan panggil Tante lagi."

"Maksudnya Tante Tari bakal jadi mama aku?"

Arga dan Tari saling memandang. Hal ini sama sekali tidak ada dalam skenario mereka. Arga memberi kode pada Tari untuk menjawab. Sedangkan, Tari juga mengirim isyarat agar Arga yang menjelaskan.

Akhirnya, Arga pun berinisiatif untuk menerangkannya pada Luna.

"Iya, sayang, tante Tari akan jadi mama kamu, tapi tinggalnya nggak di rumah kita. Tante Tari tinggalnya di rumah om Devan."

"Arga!" protes Tari keberatan. Penuturan Arga itu sangat rancu baginya. Bisa-bisa nanti Luna akan menganggapnya sebagai mama sungguhan, dan kelanjutannya meminta dirinya untuk tinggal bersama.

Arga mengabaikan aksi protes Tari. Baginya yang penting Luna bahagia. Setidaknya untuk saat ini.

"Coba deh kamu panggil mama sekarang," kata Arga menyuruh Luna.

L'amour de Paris (TELAH TERBIT) ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang