Chapter 61

3.8K 165 8
                                    

"Arga, tunggu!" seru Tari memanggil Arga begitu turun dari mobil. Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, pagi ini Devan mengantar Tari ke kantornya.

"Sayang banget si Ipul dianggurin, Pak," komentar Bagas saat di mobil tadi.

"Nanti dia saya rolling aja ke divisi keamanan, gantian sama Ryan." Begitu jawaban Devan saat Bagas memprotes karena Ipul hanya makan gaji buta.

Arga yang sedang berjalan melintasi lobi berhenti begitu mendengar suara Tari. Arga menoleh ke belakang, menunggu Tari yang berjalan menyongsongnya. Arga lantas tersenyum melihat wajah manis Tari yang segar pagi itu.

"Arga, kamu nggak jadi ke sekolah Luna?" tanya Tari heran. Bukankah acara ulang tahun si gadis kecil itu dilaksanakan pagi ini?

"Jadi, Tari, sebentar lagi aku pergi," jawab Arga kembali berjalan setelah Tari menyejajarkan langkah dengannya.

"Tapi beneran nggak apa-apa kan, Arga, kalau aku nggak jadi ikut?" tanya Tari lagi. Tadi malam dirinya sempat berdebat dengan Devan. Tari curiga kalau Devanlah dalang dibalik semua itu.

"Iya, nggak apa-apa kok," jawab Arga meyakinkan. Arga mencoba menganggap ini bukanlah masalah yang besar, meskipun kenyataannya adalah sebaliknya.

Keduanya kemudian masuk bersamaan ke dalam lift saat pintunya terbuka. Arga lebih banyak diam dan menghindari kontak mata dengan Tari.

Arga kenapa ya? Tari merasakan betul kalau saat ini Arga seperti sedang menghindarinya.

"Arga, Devan nggak mengancam kamu kan?" tatap Tari penuh selidik. Walau Arga mengatakan tidak apa-apa dan bukan masalah yang besar, tapi tetap saja Tari merasa tidak enak hati.

Arga tersenyum lagi, lalu dengan suaranya yang khas dia berujar lembut, "Nggak, Tari, kamu tenang aja ya... Devan sama sekali nggak melarang aku ataupun mengancam. Ini semua murni keputusanku. Aku nggak mau setelah ini Luna berharap terlalu banyak. Biarlah tahun ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya karena faktanya Luna cuma punya aku." Arga mendustai Tari. Arga tidak mungkin mengatakan yang sesungguhnya. Nanti yang ada Devan malah semakin marah padanya.

Tari tersenyum getir. Penuturan Arga barusan justru membuat dia sedih. Dia bisa membayangkan bagaimana perasaan Luna. Apalagi Arga sudah menjanjikan padanya kalau Tari akan hadir.

Ting...

Pintu lift terbuka. Keduanya sama-sama keluar dari sana. Beberapa karyawan yang berpapasan dengan Arga menyapanya dengan ramah. Arga membalas sekenanya. Mood-nya memang agak kacau pagi ini.

"Selamat pagi, Pak Arga!" sapa Fani di depan ruangannya. Dia hampir saja masuk ketika Arga dan Tari berjalan mendekat.

"Pagi!" balas Arga tanpa senyum, berbeda dari biasanya.

Fani memandang Tari dan mengirim sinyal dengan muka bertanya, "Apa yang terjadi pada Arga?"

Tari hanya tersenyum tipis dengan muka menjawab, "Aku nggak tahu."

Ketiganya masuk ke ruangan masing-masing.

Arga langsung menghempaskan tubuh di kursi kerjanya yang empuk serta menyandarkan punggung. Dia kurang bersemangat pagi ini. Bukan apa-apa, Arga bukanlah tipe manusia pemalas, tapi masalah Luna mau tidak mau menguras pikirannya. Arga sudah berjanji pada Luna akan mengajak Tari, pasti nanti anaknya itu akan kecewa saat mengetahui kenyataannya seperti apa. Dan, sudah bisa Arga tebak tantrumnya akan kambuh lagi.

Arga terus memutar otak untuk mencari solusi hingga akhirnya Arga teringat sesuatu. Dia lalu meminta Fani untuk datang ke ruangannya setelah menghubungi melalui internal phone.

Tidak sampai dua menit, Fani sudah duduk di hadapan Arga. Perempuan itu sudah siap membeberkan hasil laporan kerjanya minggu ini. Tapi sebelum dia sempat berkata, Arga sudah duluan bicara.

L'amour de Paris (TELAH TERBIT) ✅️Where stories live. Discover now