Eight

3.4K 593 65
                                    

Posisi mereka berdua masih sama. Chika yang tersadar, ia ingin menarik tubuhnya namun tangan Ara masih melingkar indah di pinggangnya. Tenaga Chika sama sekali tidak sebanding dengan Ara.

"Lo suka sama gue?" tanya Ara, matanya masih menatap Chika dalam.

Chika sedikit membuka lebar matanya. Ara bertanya pertanyaan sensitif dengan sangat santai namun tegas. Chika menelan salivanya. Ia tidak tau harus menjawab apa. Chika akui, ia memang menyukai Ara. Namun jika Chika menjawab iya, ia takut Ara yang belum dekat dengannya itu malah semakin menjauh. Chika lebih memilih untuk sekedar menjadi temannya saja.

Chika mencoba untuk bangkit namun lagi-lagi itu hanya sia-sia.

"Gue suka sama lo" ucap Ara.

Chika makin terkejut. Situasi saat ini sangat diluar dugaannya. Disisi lain ia sangat bahagia, namun disisi lain juga ia bingung harus merespon Ara bagaimana.

"Lo belom jawab pertanyaan gue, Chika"

Chika mengangguk pelan.

Ara menyelipkan rambut Chika yang menutupi matanya ke belakang telinga. Chika saat ini ingin berteriak. Jantungnya selalu dibuat berantakan oleh gadis didepannya itu.

"Gak usah keburu. Gue belum ke tahap sayang sama lo, kita lihat nanti" ucap Ara.

"Maksudnya?" tanya Chika pelan. Ia tidak paham dari perkataan terakhir Ara. Apakah ia sedang digantung? sebagai bahan percobaan hati Ara? atau bagaimana?

Ara memegang tangan Chika dan mengarahkannya agar memegang dada atas Ara. Chika tersenyum tipis, ia juga bisa merasakan detak jantung Ara yang berpacu cepat.

"Detak jantung gue selalu kaya gini kalo deket sama lo" ucap Ara. Chika saat ini masih tidak percaya. Ara berkali-kali mengucapkan kalimat yang panjang. Sebelumnya bahkan ia tidak berbicara atau hanya sepatah dua patah kata.

Chika kini mengerti Ara. Ara bukanlah orang yang tidak peduli, tetapi ia orang yang memilih untuk mengatakan sejujurnya apa yang dia rasakan.

"Kita pacaran. Gue gak akan tanya lagi. Lo bisa pergi dari sini kalo gak mau" tadas Ara. Ia melonggarkan rengkuhannya pada Chika. Memberi akses jika gadis itu menolaknya.

Chika membuka sedikit mulutnya, ia ingin melawan karena ini terlalu cepat. Chika ingin bangkit dan keluar dari ruangan ini tapi hatinya menolak mentah-mentah. Dan disisi lain mulutnya tidak bisa terbuka karena hatinya merasakan hal lain.

Entah apa yang membuat Ara mengambil keputusan itu, padahal ia tadinya ingin memastikan apa yang benar-benar hatinya itu rasakan. Namun ia memikirkan dampak terburuk yaitu ia bisa saja kehilangan gadis yang ada direngkuhannya saat ini.

Chika menarik nafas dan memejamkan matanya sebentar. Satu menit setelah Ara menyatakan itu, Chika masih direngkuhannya dan tidak pergi.

Oke. Ara bisa mengambil kesimpulan, Chika menerimanya.

"Kamu punya aku, dan aku gak suka apa yang udah jadi milik aku diganggu dan disakitin orang lain. Kamu keberatan?" ucap Ara lembut.

Ah Chika benar-benar dibuat gila oleh gadis yang baru bertemu beberapa hari itu. Bahkan kini gaya bicaranya sudah jauh berubah. Gadis itu juga memperlihatkan sisi barunya pada Chika.

Chika tersenyum lalu menggeleng. Ara yang melihat itu pun ikut tersenyum tipis.

Tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu yang menandakan bahwa ada yang memasukan password untuk membuka ruangan itu.

Chika ingin berdiri dari posisinya saat ini namun Ara masih menahannya. Chika melotot, ia berharap agar Ara mau melepaskan.

Cup!

NYCTOPHILE [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang