Twenty One

4.1K 541 48
                                    

"Waktu kematian pukul 21:20" ucap seorang dokter yang kini membereskan alat operasinya.

Suster lalu menutup pasien dengan kain putih dan mereka membawa pasien keluar dari ruang operasi. Bertepatan dengan Ara, Brielle, dan Karina yang baru saja datang.

Karina yang melihat itu langsung menggenggam erat tangan Brielle. Ketiganya diam, tidak tau harus melakukan apa.

"K-kak..." lirih Karina.


***


Stevan menatap nanar layar komputer didepannya. Usahanya untuk membungkam media terkait isu yang tersebar mengenai anak bungsunya pun mulai ramai dibicarakan.

Stevan memijit pelipisnya yang terasa sangat pusing, ia akan benar-benar kehilangan reputasinya jika harus seperti ini.

Perusahaan yang sudah ia bangun dan kini menjadi yang terbaik pun sedang diambang batas.

Bagaimana tidak? apa yang akan terjadi jika berita mengenai putrinya melakukan kesalahan yang bisa dibilang fatal. Itu akan membuat publik berfikir jika Stevan tidak bisa menjaga anak-anaknya. Dengan itu, mereka akan mempunyai trust issue terhadap perusahaan milik Stevan.

Stevan mengerti, kesalahan ini bisa disembunyikan. Namun, Stevan tidak tau karena bisa saja ada serangan dari luar yang tidak ia ketahui.

Seseorang masuk ke ruangan utama Stevan. Ia lalu membungkuk untuk menyapa Stevan.

"Mr Stevan, i have something to show you" ucap seorang perempuan yang mana ia adalah manager utama Stevan, Raline.

Stevan menerima ipad yang diberikan oleh Raline. Matanya membelalak melihat informasi yang diberikan. Ketakutannya benar-benar terjadi.

Berita mengenai Karina dan Azel sudah tersebar, dan yang menyebarkan berita itu tidak lain tidak bukan adalah teman Karina sendiri. Will, yang menjadi tuan rumah pesta.

Stevan lalu kembali memantau monitornya, dan benar saja. Banyak client yang membatalkan kerjasama bahkan sahamnya perlahan turun.

"Shit!" umpat Stevan, ia menyambar berkas yang ada di sebelahnya hingga jatuh berserakan.

"Pesankan tiket untuk saya dan istri saya ke Indonesia sekarang juga!" ucap Stevan kepada Raline.

Raline yang sedikit takut kini mengangguk pertanda mengerti.

"Baik Mr. Stevan" jawab Raline.



***



Flashback On

Weekend selalu ditunggu oleh siapapun. Termasuk Chika yang saat ini sedang tersenyum sembari menatap dirinya dari pantulan cermin.

"Perfect" gumam Chika yang selalu puas akan penampilan dirinya. Ia menggunakan crop tee warna putih dipadukan dengan skinny jeans biru dan sneakers putihnya.

Tebak apa yang membuat gadis ini bahagia? ini adalah kencan pertamanya.

Kencan pertama dengan anak bernama Seara yang menyatakan cinta dengan cara yang aneh. Memaksa namun Chika terima. Karena pada dasarnya Chika sendiri juga megangumi Ara dalam diam.

NYCTOPHILE [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang