Crash

7.1K 389 27
                                    

Sesuai janji saya upload chapter berikutnya lebih cepat =)

Terima kasih buat semua votesnya  ~

Bulan depan authornya bakal sibuk sama ujian prakter, jadi maaf ga bisa upload dalam waktu dekat :(

Happy Reading!

Don't forget Vomment~!

- Titan

=========================================================

Sky’s POV

Hari – hari berlalu dengan cepat. Sudah hampir dua minggu berlalu sejak pertama kali bertemu si kembar. Kehidupanku juga konstan begitu saja. Pagi hari dibangunkan oleh dua pasang tangan kecil yang mengganggu, dilanjutkan dengan sarapan yang ramai ( karena Dane sudah menampakkan lagi wujudnya) sebelum aku sekolah.

Aku baru bertemu dengan Dane saat dia menjemputku pulang pada hari pertama setelah kedatangan si kembar. Aku masih kesal setengah mati padanya karena tidak memberi kabar selama seminggu penuh. Kerja sih boleh, tapi kasih kabar juga dong yang dirumah!

Alhasil, setiap kali berbicara aku hanya menanggapinya kalau perlu. Bahkan ketika si kembar main dengannya, aku hanya duduk memandangi mereka tanpa berusaha memulai percakapan seperti yang biasa kulakukan.

Dulu, aku hampir tidak bisa benar – benar tidur sebelum Dane duduk disampingku. Namun, entah kenapa saat Eric menggantikan posisinya saat dia menghilang, aku lebih bisa cepat tidur dengan Eric daripada Dane. Ditambah dengan adanya kembar sekarang, aku lebih sering tertidur bersama mereka di kamar Eric sebelum akhirnya Eric menggendongku kembali ke kamarku.

Berbicara tentang Eric yang selalu menggendongku kembali ke kamarku, dia juga selalu memberikan kecupan dahi sebelum tidur. Hal kecil memang, tapi bagiku itu kemajuan berarti bagi hubungan kami.

Eric juga tidak terlalu kaku lagi dengan memanggilku Amber. Sekarang dia lebih sering memanggilku Ams alih – alih Amber. ‘Amber’ hanya digunakannya kalau sedang memarahi (menasehati)- ku. Seperti saat ini.

Semenjak si kembar hadir, aku jarang bertemu dengan Wolfie. Kangen, akhirnya aku memutuskan untuk membawa si kembar bersamaku menemui Wolfie. Tadinya, aku bermaksud meninggalkan si kembar bermain bola di halaman belakang sementara aku mengunjungi Wolfie. Tapi, ternyata si kembar malah mengikuti dari belakang. Jadilah aku membawa mereka ke Wolfie karena sudah setengah jalan.

Aku sendiri tidak yakin membawa si kembar ke Wolfie. Wolfie memang jinak padaku, tapi aku tidak tahu reaksinya pada orang lain. Aku berharap sih reaksinya tidak jauh berbeda ketika bersamaku. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, aku sudah meminta si kembar untuk tetap dibelakangku sampai aku memperbolehkan mereka mendekat.

Saat kami sampai ditempat kami biasa bertemu, wolfie sudah duduk dengan perut menyentuh tanah. Kepalanya yang besar langsung menoleh ke arahku. Dia menarik moncongnya membentuk senyum ala serigalanya. Sebelum aku bisa balas tersenyum, si kembar malah berseru; “ Wooofie!”

Yap, mereka sama sekali tidak mendengarkanku.

Wolfie tidak beranjak dari tempatnya, tapi dia sudah menarik lebih jauh moncongnya, memamerkan gigi – gigi tajamnya. Paling tidak dia tidak langsung menyerang si kembar. Sementara yang mau diserang malah bersemangat melihat si penyerang. Untungnya si kembar patuh dengan tetap berada di belakang tubuhku.

Aku berbalik dan menatap si kembar dengan pandangan menuduh.

“ Apa yang sudah mom bilang? Kalian membuat Wolfienya takut. Kalian diam disini oke? Mom mau bilang sama wolfienya dulu kalau Damon sama Nate ga jahat.”

My Silver Winged DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang