Eric Royce Delcour

10.2K 493 13
                                    

Sky’s POV

Hal yang pertama aku lihat ketika aku membuka mataku adalah sebuah chandelier yang terpasang dilangit – langit kamar mewah yang sangat asing. Aku perlu mengucek – ngucek mataku beberapa kali untuk memastikan semua ini bukan salah satu mimpi yang sering datang silih berganti.

Kamar tidur ini dilengkapi sebuah tempat tidur King’s size berwarna putih dengan selimut tebal – dan amat sangat halus berwarna abu – abu muda dengan langit – langit yang kelewat tinggi. Aku baru sadar setelah melihat berkeliling kalau ternyata kamar ini terdiri dari dua lantai.

Ada dua tangga putih melengkung dengan sebuah TV plasma keluaran terbaru terpasang di tangga kanan di sisi tempat tidur (aku berharap bisa menyebut ini tempat tidurku!) ke lantai dua yang ternyata semacam perpustakaan pribadi dengan lemari buku di sepanjang sisi kamar di lantai 2 dengan lantai yang hanya berlebar sekitar 3 meter.

Seluruh perabot kamar ini terkesan klasik tapi pada saat yang sama juga terkesan futuristik. Dinding yang berwarna coklat sangat muda nyaris putih sementara perabotnya berwarna coklat gelap hampir hitam seperti rambutku. Dari lemari, tempat tidur, hingga tangga.

Sementara lantainya sendiri tertutupi karpet yang terlihat sangat halus yang berwarna merah marun. Uh, apa aku benar – benar tidak sedang bermimpi? Aku berani bersumpah ini seperti istana dari mimpi – mimpi di masa kanak – kanakku.

Sampai pada akhirnya mataku berhenti pada seorang pria yang duduk di tepi tempat tidur yang menyakinkanku kalau semua ini memang nyata. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia duduk setengah membelakangiku setengah menatap jendela.

Tanpa melihatnya langsung aku bisa bilang bahwa orang ini pasti sangat tampan. Dia memiliki bahu lebar yang sangat kokoh dibalut kaus polo berwarna putih yang melekat sempurna di tubuhnya. Rambut pirang hampir emas yang terpotong rapi terlihat sangat halus walaupun berantakan. Dan aku sangat tergoda untuk mengulurkan tanganku hanya untuk merasakan halusnya rambutnya di antara jari – jariku.

“ Kau.. siapa?”

Aku mendapati diriku bertanya tanpa kusadari. Urg, kenapa suaraku terdengar jelek sekali? Dahiku berkerut bingung bertanya sudah berapa lama aku tidak minum hingga suaraku terdengar seperti kaset rusak.

Pria itu akhirnya memalingkan wajahnya dan menatapku. Seketika aku hanyut ke dalam pusaran badai kelabu matanya. Matanya....aku yakin aku pernah melihat mata yang sama. Tapi, anehnya aku tidak ingat kapan dan dimana. Dan ini aneh bagiku yang mempunyai ingatan fotografik.

Kalau kemarin aku bilang Carl adalah cowok yang terseksi yang ada di muka bumi ini, maka aku menariknya kembali. Pria di depanku ini jauh lebih sexy dan dia memiliki seluruh ketampanan yang didambakan kaum adam. Alis mata tebal, rahang yang kokoh dan lesung pipi yang hadir ketika dia tersenyum seperti saat ini.

“ Aku Eric. Eric Royce Delcour.”

***

Eric.

Nama itu terngiang – ngiang di kepalaku bahkan setelah dia pergi. Aku tidak tahu kenapa aku langsung tertarik padanya. Tentu saja disamping dia super duper ganteng. Ada sesuatu di dalam dirinya yang membuatku amat tertarik dengannya.

Bukan rasa tertarik seperti saat aku bertemu dengan Carl atau Toby. Rasa tertarikku padanya jauh berbeda dengan yang itu. Seperti ada sesuatu yang sangat sakral dibaliknya.

Selain itu, saat dia berada di dekatku, aku bisa merasakan kehangatan yang menguar dari tubuhnya dan menyelubungiku. Walaupun, aku tidak memungkiri kalau aku juga merasakan sesuatu yang gelap dan jahat di balik kehangatannya.

“ Sky? Kau dengar aku?”

Evie, sepupuku dari ayah yang selama ini selalu tinggal bersamaku mengguncang sedikit bahuku untuk menarik perhatianku. Aku mengernyit saat tangannya memegang luka akibat tancapan kaca yang kucabut waktu itu.

My Silver Winged DemonWhere stories live. Discover now