Midnight Snack

7.4K 406 8
                                    

Eric's POV

Dua bulan.

It's freaking two damn months in hell.

Kalian tidak bisa membayangkan betapa susahnya mempertahankan dinding kasat mata yang kubuat diantara kami. Terutama ketika dia menangis diantara tidurnya sambil menggumamkan nama Connor atau orang tuanya. Hal yang kuinginkan hanya menghampirinya, memeluknya dan mengatakan bahwa semuanya akan baik - baik saja karena aku bersamanya.

Aku tahu itu terdengar sangat aneh. Bahkan untuk diriku sendiri. Tapi, aku tidak bisa menahan perasaanku sendiri!

Menyegel kembali hubungan kami tidak berpengaruh sama sekali untukku. Untuknya, dia tidak merasakan tarikan sekuat pada saat pertama kali kami bertemu. Perasaan menginginkan itu tetap ada. Tapi tidak parah hingga menyebabkan rasa posesif.

Aku harus menyibukkan diriku diluar rumah agar semuanya menjadi lebih mudah bagi kami berdua. Satu - satunya kesempatan kami bertemu hanya pada tengah malam. Dia punya kebiasaan aneh suka terbangun tengah malam untuk ngemil. Aku menganggapnya lucu. Bisa - bisanya dia makan dengan mata terpejam.

*flash back*

Aku terbangun setelah mendengar grasak - grusuk di lantai bawah kamarku. Dahiku berkerut bingung. Orang - atau mungkin dalam kategori ini mahluk - bodoh apa yang berani membobol masuk rumahku?

Ayolah! Seluruh dunia tahu siapa E.R.D. Baik mahluk supranatural ataupun manusia. E.R.D Sang pengusaha muda berhati dingin. Mereka harus menyiapkan diri untuk bertemu langsung denganku kalau ingin pulang dalam keadaan ‘utuh’.

Biasanya aku akan menghadapi mereka dengan otak dingin. Sayangnya, keadaan dekat-tapi-tidak-bisa-mendekat dengan Amber menghancukan moodku sama sekali selama dua minggu terakhir.

Dengan perasaan jengkel akhirnya aku keluar dari kamarku dan berjalan dengan kecepatan manusiawi ke sumber suara. Anehnya, suara itu membawaku ke dapur. Pencuri makanan? Kau pasti bercanda!

Saat aku memasuki dapur, lampu yang dipasang hanya lampu kecil di dekat meja makan. Di mataku aku bisa melihat sesorang sedang membuka kulkas. Kerutan dahiku makin dalam saat melihat tangan sang pencuri makanan terlihat kecil dan gemulai.

Aku punya praduga tertentu dan saat aku berdiri di belakang si pencuri pradugaku terbukti. Amber sedang mengaduk - ngaduk kulkas entah sedang mencari apa.

Saat itu aku sudah ingin memutuskan untuk kembali ke kamarku. Namun mengingat betapa tidak stabilnya perasaanku akhir - akhir ini, kurasa berbincang dengannya tidak ada salahnya. Paling tidak bisa menenangkan pikiran - pikiran liarku.

Yang ternyata pilihan buruk untuk kuambil.

" Apa yang sedang kau lakukan?" Akhirnya aku menyapanya dari belakang.

Amber terkesiap kaget dan segera membalikkan tubuhnya ke arahku dengan tangan di atas dadanya.

" Eric! Ya ampun. Apakah kau ingin membunuhku dengan muncul tiba - tiba seperti itu?" Serunya kesal, masih mengelus - elus dada.

Aku hanya tersenyum kecil menanggapi seruannya.

Amber, menyadari apa yang sedang dilakukannya dan tertangkap basah olehku langsung menunduk. Bisa kulihat pipinya mulai memerah sedikit demi sedikit.

" Well...?" Tanyaku dengan alis terangkat satu.

" Um, aku... aku lapar. Aku punya kebiasaan suka terbangun tengah malam untuk ngemil." Dia terdiam sebentar sebentar sebelum menggumamkan permintaan maaf.

" Tidak ada yang perlu dimaafkan. Ini sudah menjadi rumahmu juga. Nah, jadi apa yang sedang kau cari?"

" Bahan - bahan untuk membuat sandwich."

My Silver Winged DemonWhere stories live. Discover now