What am i supossed to do?

10K 534 9
                                    

Eric’s POV

Melihatnya tidur seperti kucing di tempat tidurku terasa seperti sesuatu yang benar, tepat dan segalanya. Dia tidur seperti bayi dan lebih senang tidur telungkup. Dan itu membuatku bertanya – tanya bagaimana dengan luka di perutnya dia masih bisa tidur telungkup. Tidak sedikitpun dia mengernyit ketika memutar tubuhnya.

Satu – satu waktu dia gelisah dalam tidurnya saat tadi malam aku meninggalkannya untuk pekerjaanku yang sudah menumpuk. Aku harap dia gelisah karena mengalami mimpi buruk. Bukan karena ketidak hadiranku di sisinya.

Hal yang kusukai saat datang untuk melihatnya, dia selalu merubah posisi tidurnya hanya agar lebih dekat denganku. Aku hanya bisa tersenyum kecil setiap kali melihatnya aksi kecilnya.

Hari ini sudah memasuki hari kedua dia tertidur. Menurut dokter pribadiku, tubuh manusianya belum kuat menerima kekuatanku yang terlalu besar saat segel terbuka yang berakibat kelelahan berlebihan pada tubuhnya. Aku bisa memahaminya.

Aku sedang memikirkan bagaimana aku akan bersikap saat aku mendengarnya menguap. Aku segera memasang topeng datarku saat aku memalingkan wajahku menghadap jendela. Aku hanya memperhatikannya dari sudut mataku.

Dia duduk ditengah – tengah tempat tidurku dengan rambut bangun tidurnya sambil mengucek – ngucek matanya seperti anak kecil. Hah, dia berevolusi dari tidur seperti bayi sekarang bangun seperti anak kecil. Mungkin sehabis ini bertingkah seperti remaja labil alih – alih menjadi remaja dewasa dengan umurnya yang sudah hampir memasuki usia dewasa.

Dengan mata setengah ngantuknya, dia mengedarkan padangannya. Dahinya perlahan – lama berkerut menyadari kalau dia berada di tempat yang asing. Oh, dia terlihat sangat manis.

Tahan emosimu Eric. Belum pasti apakah aku bisa memilikinya.

Aku mengutuk diriku sendiri karena berpikir seperti itu. Dan, tentu saja termasuk tubuhku sendiri yang sejak tadi ingin mengulurkan tanganku untuk mengacak rambutnya agar mendapat perhatiannya.

Tahan Eric. Kau tidak boleh terjatuh terlalu jauh sebelum semuanya menjadi jelas.

Aku sekali lagi menyakinkan diriku untuk menjaga jarakku sebelum semua bertambah rumit bila nantinya terjadi sesuatu yang tidak seperti seharusnya.

“ Kau.. siapa?”

Suaranya yang sedikit serak tapi terdengar selembut sutra menyentakkanku dari perang di dalam otakku sendiri. Aku tersenyum kecil saat melihat wajah bingungnya yang sedang menatapku.

“ Aku Eric. Eric Royce Delcour.” Aku melihat air mukanya yang masih bingung. Syukurlah orang tuanya belum bercerita tentangku sama sekali. “ Aku tidak sengaja menemukanmu hampir pingsan di dekat kabinku di hutan itu. Jadi, aku membawamu kembali ke rumahku karena kau kehilangan banyak darah akibat gigitan Vampire.”

“ Vampire? Jadi...jadi mereka benar – benar nyata?” Pupil matanya membesar seiring pertanyaannya. Sebelum akhirnya dia berdeham.

Kali ini aku yang menatapnya bingung dengan alis terangkat satu. “ Kau tidak tahu?”

Dia menggeleng pelan. Entah karena dia malu dengan suara seraknya atau karena dia terlalu shock mengetahui bahwa vampire itu nyata. Mungkin keduanya. Dan ketidaktahuannya membawaku ke pertanyaan lainnya.

“ Berapa umurmu?” Aku tahu dia sudah berumur 17 tahun. Tapi, aku tidak tahu sudah berapa bulan.

Dia berdeham sekali sebelum akhirnya aku memberikan segelas air dari meja di sampingku dan memberikannya kepadanya. Dia memberikanku sebuah tatapan terima kasih sebelum dia meminumnya dengan rakus. Aku tertawa kecil melihatnya minum seakan tidak ada lagi air yang tersisa di dunia ini.

My Silver Winged DemonWhere stories live. Discover now