03.MOS Ala-ala.03

129 142 338
                                    

HAPPY READING :)

"Wuu, Waketos kita kembali," teriak lelaki yang sedang melayani pembeli di tengah kerumunan. Sebut saja namanya Jeki.

Dimas hanya melihat Jeki sejenak. Lalu dengan cepat menenggak air mineral botol yang tergeletak di atas meja dengan sekali tarikan nafas.

Kaus putih berkerah dipadukan dengan celana panjang berwarna hitam senada menjadi ciri khas panitia penyelenggara MOS seperti yang dikenakan Dimas sekarang. Tentunya dengan pin pertanda OSIS.

Demi apa pun Dimas sangat lelah. Aktivitas seperti ini capek fisik dua puluh persen dan sisahnya cape mental. Siswa tahun ini sukar sekali diarahkan, sudah tau salah tapi tetap saja merasa benar.

"Ihh, pelan-pelan, Mas. Cape banget ya? Aduh sampe keringetan. Sini duduk dulu atau mau Sasa kipasin?" ujar Satkai menyuarakan kepekaannya.

Bonar yang melihat Satkai tersebut hanya diam sejenak. Diam sambil melayangkan tatapan yang tak dapat diartikan. "Sasa sasa, sasa santan?"

"Apa sih lo, gak ada yang ngomong sama lo perasaan!"

"Pendengaran gue menolak suara sumbang, makanya suara gue timbul sebagai bentuk penolakan."

"Yaudah tingggal ngejauh, apa susahnya coba?"

"Ngomo-" perkataan & tindakan Bonar terhenti saat Dimas memberi kode untuk berhenti.

Percayalah kalau saja Dimas diam saja aksi jambak menjambak sudah terjadi sedari tadi, apalagi tampang bongak menantang Satkai yang memuakkan.

Satkai dan Bonar itu sangat jauh berbeda. Kalau Bonar suka dark, maka Satkai akan suka yang sweet. Bonar itu andalannya otot, Satkai sudah pasti andalannya otak. Satkai tipe pria yang sangat memperhatikan penampilan sampai dengan kaus kaki yang ia kenakan, Bonar apa saja yang penting nyaman. Intinya sangat bertolak belakang, tapi entah mengapa mereka tetap cocok berteman sampai sekarang.

"Aaaaaa..." teriakan tersebut berasal dari samping kelas 11 Mipa tiga yang kebetulan dekat dengan kantin. Sontak menuai atensi Dimas, Satkai, Bonar, Jeki dan beberapa siswa lainnya yang dengan sigap berlari menuju ke sumber suara.

Memang benar jika junior melanggar aturan atau berbuat salah harus dapat hukuman. Itu aturan mutlak dari senior. Tapi ini, kesalahan apa yang di perbuat sampai hukumannya tidak kira-kira begini.

"Kenapa Joy?" suara berat Dimas seakan mampu menghentikan aktivitas gila yang dilakukan ketua OSIS itu. Sontak semua mata tertuju pada Dimas yang masih tetap dengan wajah datar.

Joy, gadis cantik dan kaya dengan banyak predikat baik dan buruk pada dirinya. Menjabat sebagai ketua OSIS yang dikenal kejam dan tak diberi ampun bagi siapa yang mencari masalah atau pun tidak dengannya. Prinsip hidupnya: lo ganteng, lo aman. Lo cantik kelar hidup lo.

"Oh, Dimas. Lo jadi datang kirain enggak, gak sia-sia dong gue nyepam chat malam tadi." Raut wajahnya seakan berubah seratus delapan puluh derajat dari yang tadi nya seperti induk singa yang kehilangan anaknya menjadi anak kucing yang kehilangan arah.

What's Up MXWhere stories live. Discover now