09.Lutuhye.09

28 34 86
                                    

.

.

.

HAPPY READING :)

.

.

.


Keluar dari gedung dengan gapuranya bertuliskan 'Infinity club' yakni semacam perkumpulan orang-orang yang memiliki hobi sama, penyaluran bakat dalam bidang wirausahawan. Sebetulnya perkumpulan ini baru saja dibentuk oleh sebab itu tidak banyak yang tau. Dibanding Mio, Okto lebih senior dalam bidang ini

Sepanjang langkah di jalan, angin sore yang terasa dingin seakan menjadi bumbu menemani banyak percakapan konyol. Terkadang berisi topik yang mengundang gelak tawa, terkadang juga berisi caci maki antar keduanya.

Disadari mereka telah sampai pada tempat yang dimaksud Okto. Matanya memicing. Mendapati tempat makan yang berada di sebelah pos kantor polisi itu.

Walau sempit namun desain interiornya cukup modern, lampunya yang kerlap-kerlip akan menyala saat malam hari, memasuki rumah makan sebaiknya memilih tempat duduk di sebelah pembatas ruangan. Karena pemandangan air sungai yang tenang akan terlihat jelas.

Dapat dikatakan cukup ramai untuk tempat makan yang terkesan kecil dan sederhana jika dibandingkan dari letak lokasinya, mungkin karena sekarang memasuki waktu jam makan malam atau karena tempat baru sehingga lagi dibanjiri promo.

Melihat buku menu yang tergeletak, Okto dengan gamblang mencari-cari beberapa dari banyak jenis makanan yang cocok dengan keinginan cacing-cacing di perutnya. Kepo dengan kegiatan yang dilakukan gadis di hadapannya Okto mengangkat kepala. Tak sadar matanya bertumbukan dengan mata legam milik Mio.

Mio terkejut tiba-tiba dilihat begitu. Seperti merasakan sengatan pada jant- dompetnya. Itu lama-lama lihat buku menu buat apa coba.

"Liatain aja terus, gue mau kok tanggung jawab nyusahin lo seumur hidup," tegur pria itu berbangga hati.

"Dih, ogah syahputra," tolaknya halus langsung memalingkan wajah ke arah lain.

Mengalihkan perhatiaanya pada Mio sepenuhnya mulai pada topik baru dengan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dan tangan terlipat di depan dada mengambil sikap rileks.

"Mi, pernah gak kepikiran suka gue?"

Mendapati pertanyaan seperti itu Mio tersedak air liurnya sendiri dengan sigap menyeruput jus terong belanda yang baru sampai.

"Gila!" sahutnya kemudian saat sudah tenang.

"Pernah sih kepikiran suka, cuman masih kepikiran aja udah amit-amit," sambungnya lagi kasar menohok.

"Lutuhye, masa sampe amit-amit."

"Iya, bukan amit-amit lagi, udah amat-amat, amut-amut, amet-amet," balas Mio dalam hati.  Tapi tak disuarakan, takut buang-buang jigong.

Okto itu tampangnya lumayanlah apalagi kalo lagi mode ngikat rambut gondrongnya...beuh, partner curhat terbaik, perhatian juga sih kadang-kadang dan yang paling bahaya itu dia bikin nyaman.

Nah itu. Masalahnya, ya, itu. Yang dibikin nyaman itu banyak cewe. Jadi sebisa mungkin minimalisir salting dari aksi bikin baper yang dia ciptakan. Mio gumoh sama model cowo yang banyak cewe. Ribet.

"Si Lia udah gimana?" Tanya Mio merujuk pada gadis cantik dan lembut tempo hari yang dilihat Mio.

"Baik, tapi udah gak pernah contactan lagi," jawab Okto.

What's Up MXحيث تعيش القصص. اكتشف الآن