04.Derita Anak Sekolah.04

182 155 395
                                    

.

.

.

HAPPY READING :)

.

.

.

"Nama lo siapa?"

Daerah penyiksaan Joy dan para rekannya itu sudah mulai sepi, tinggallah Mio yang sedang terintrogasi oleh Xion dan beberapa orang yang berlalu lalang.

"S-siap, s-saya enam belas dari kelompok Diponegoro" ucap Mio sesenggukan yang masih tertunduk.

Kepalanya masih pusing akibat terlalu lama menangis.

"Ck, nama asli lo pe'a" kesal Xion karena Mio menggunakan nama samaran MOSnya.

Agak sedikit kaget, namun Mio berusaha menjawab sambil perlahan mengangkat kepalanya, "Mi- yaampun, Bang. Kenapa lo bisa ada di sini? Demi Ayra yang kemaren nyolong dompet lo, gue bukan penculik bocil"

Xion mengerutkan keningnya. "Woahh, nama lo panjang juga, ya," kagum Xion dibuat-buat.

Melihat wajah Xion tak bersahabat, Mio langsung bertekuk lutut di hadapannya. Sambil mengadahkan tangannya seperti meminta ampun.

Jangan lupakan bibirnya yang berkomat-kamit menjelaskan bagaimana kisah sebenarnya Ayra dapat bertemu dengannya, namun yang Xion yakini Mio itu lagi marapal mantra. Omongannya tidak jelas dan itu terlihat sangat aneh.

Sementara Mio sudah mengubur seluruh rasa kemaluannya. Persetan dengan harga diri. Berhadapan dengan Joy langsung lebih mengerikan dibandingkan ini.

"Minum dulu," menyodorkan air botol mineral yang belum diminumnya sambil berjongkok menyamakan posisi "mau ngobrol di sana dulu gak?" Tunjuk Xion pada bangku kayu yang dinaungi pohon besar.

Bersikap serius dalam keadaan serius hanya akan memperburuk keadaan. Dalam situasi ini mari mendengarkan apa yang akan dikatakan wanita di hadapannya, Xion ingin meminta kejelasan tentang bagaimana nasib si cebol yang kemarin ditemuinya.

-'-'-'-'-

Jam sudah menunjukkan pukul 11:47 Wib, anak-anak Mos masih dibiarkan mengeringkan diri di panas matahari yang menghitamkan kulit. Dan para kakak-kakak kelas yang cakep itu berdiri di tempat yang teduh.

Terdengar kebisingan di berbagai penjuru, pasalnya segala kegiatan MOS telah dilaksanakan selama tiga hari termasuk mengerjai para junior, ala-ala minta tanda tangan, bermain banyak games unfaedah, memberikan hukuman yang ringan bahkan berat sekalipun bagi yang melakukan kesalahan.

Rupanya acara mengerjai para orang lemah--dibaca junior-- belum berakhir dan ternyata inilah puncaknya. Entah apa yang dilakukan pria dengan baju acak-acakan dan gaya seperti preman pasar itu sampai membuat para senior menggila begini.

"Satu orang jak ni tak ada yang turun? Keluarganye yang lain tak ikut turun? Jiwa korsanya mana sih Dek, apatis" teriak Joy menggebu-gebu dibalik to'a mengarahkan sindirian pada kelompok Sisingamangaraja XII, yang salah satu anggotanya sedang mengangkat karung semen sebagai hukuman.

Yang lain hanya bisa diam membiarkan Joy memainkan perannya sebagai ketua OSIS SMA Andalas di depan barisan.

Lalu salah seorang siswi mengangkat tangannya. "Saya tiga belas selaku ketua, Nuke Tjakusuma. Bisa kak" ucapnya dan dengan sigap membantu anggotanya tersebut memindahkan tumpukan karung semen bersama.

What's Up MXWhere stories live. Discover now