02.What's Up.02

0 0 0
                                    

HAPPY READING :)

Ini sudah yang beberapa kali Xion menghampiri tempat ini. Mulai dari penugasan karya ilmiah, jadi bala bantuan si Jeki yang berprofesi sebagai ahli dagang dadakan, sampai sebagai anak berbakti yang ngantarin Mama belanja seperti sekarang ini.

Entah sudah sejak kapan Xion jadi punya kewajiban nemenin si Mama setiap tiga bulan sekali ke pasar. Rasanya itu jadi seperti rutinitas.

Tiga puluh tujuh menit yang lalu saat berpamitan bilangnya cuman sebentar, jadi disuruh nunggu di motor saja. Bosan hanya memandangi layar smartphone, Xion mencoba untuk berkeliling.

Pasar tradisional itu tidak terlalu buruk. Jumlah produksi sampah terlihat sudah mulai berkurang dibanding sebelumnya, tenda berwarna-warni milik para niagawan menambah efek harmonis kala itu. Jangan lupakan sifat orangnya yang ramah-ramah, baru berjalan saja sudah ditawari ini itu dari berbagai arah.

Buruknya, ya, gitu kalau sudah berada di area banjir promo, desak sana desak sini, senggol sana senggol sini.

Tau-tau di hadapannya sudah ada yang terhuyung dengan barang yang berserakan disekitarnya. Beruntungnya hujan yang sudah lama tak mengguyur ibu kota dan terik yang menghunus, becek pun tak akan dijumpai.

"Hai manis, kok bisa jatuh?"

Merasa bersalah rasanya Xion harus bertanggung jawab pada si gadis kecil mungil yang terhuyung akibat tubuh kekarnya.

-'-'-'-'-

"Maaf, masnya. Kalau boleh tau topi yang dipegang belinya dimana ya?"

Di pasar gelap, rasanya jawaban itulah yang ditampilkan oleh wajah ambigu Xion.

Tersentak Xion menyapa, "Hey, what's up," poin satu jurus sok kenal. Cewe cantik dalam hadapan tidak boleh disia-siakan.

Belum sempat Mio berkomentar, Ayra muncul menyapa dari balik tubuh Mio. Disadari pria yang ingin sekali dihindari ada di hadapan.

Terkejut mata Ayra melolong tak percaya, jantungnya berdegup kencang, tapi ini bukan jatuh cinta. Keligatan tangannya berhasil memindahkan dompet di tangan Mio masuk ke kantongnya. Curi pandang sekedap, buyar keberanian sebelanga. Inginnya Ayra ditelan bumi detik itu juga.

Tatapan mengintimidasi Xion padanya dapat menjelaskan segalanya.

"Ada yang bisa jelasin ini ada apa?"

Nyatanya frekuensi suara juga dapat mengubah kinerja otot wajah. Raut Xion berubah seratus delapan puluh derajat saat tatapan nya dialihkan pada Mio.

Dengan hati-hati dan telaten caping berhasil dikenakan kembali pada kepala Ayra yang mungil, jangan lupa tambahkan sedikit senyuman tipis-tipis. Poin dua: sentuh sisi sentimental wanita dengan kelembutan tanpa dibuat-buat.

"Tolong mba yang jelasin, Anda ini siapa?" hardik Xion berhasil membuat Mio terkejut.

Harusnya Mio yang bertanya seperti itu, perkara cuman nanya topi itu kepunyaan siapa tinggal jawab 'punya saya' atau 'bukan' dibuat belibet kesana kemari.

"Hai, Manis, jangan takut tenang aja kamu aman sekarang," bisik Xion mantap pada Ayra.

Penculikan anak-anak berkedok keluarga memang marak pada masanya tapi Xion tidak tahu masih ada saja pelaku seperti itu sekarang ini. Sangat norak. Berpakaian bak ibu-ibu padahal wajahnya saja masih terlihat belia. Belum lagi wajah takut dan gemetar sang anak membuat itu tampak terlihat jelas.

What's Up MXWhere stories live. Discover now