08.Oktoheber dengan Milonya.08

60 61 133
                                    

.

.

.

HAPPY READING :)

.

.

.


Sehabis bel pulang sekolah Mio berjalan sendiri menyusuri lorong karena teman-temannya yang lain sedang sibuk-sibuknya dengan ekskul dan yang lain lagi kebagian jadwal piket.

Sampai pada koridor umum yang wajib dilalui oleh semua orang untuk menuju pintu gerbang, Mio menurunkan sedikit kecepatan langkah kakinya akibat orang yang berdesak-desakan beradu siapa yang keluar deluan.

Tak sadar bahu Mio disenggol oleh orang yang berlari kencang berlawanan arah dengannya. Dan berlalu begitu saja. Sudah sukar menjaga keseimbangan Mio malah menumpukan badannya pada seorang pria yang membawa tumpukan buku dan kertas dihadapannya, yang tampaknya ingin buru-buru ke kantor guru.

Teriakan keras dan kemisuh-misuhan dari korban beserta berserakannya kertas dan buku tersebut sontak mengejutkan Mio yang tadinya ingin langsung berlari saja, mau lepas tangan.

Tidak jadi. Mio takut pada kakak kelas yang wajahnya ganteng tapi sangat sangar ini. Mio jadi ngeri di garuk kalo pergi dari tanggung jawab.

Berjongkok memunguti kertas yang berhamburan tadi sambil was-was, Mio takut ada yang menginjak tangannya.

Setelah berhasil mengumpulkan kertas dan buku yang berserakan, Mio niatnya ingin memberi pada orang tadi kemudian meminta maaf setelahnya pergi. Tapi, melihat orang dihadapannya sudah kerepotan mengatur pegangan dalam dekapannya, mulut Mio malah berkata lain.

"Sini biar gue bantu bawa, Kak," tawar Mio.

Walau wajahnya sedikit bingung, tetap tangannya mengarahkan banyak bawaan pada Mio, melebihi barang yang dibawanya.

Mumpung ada yang berbuat baik, harus dimanfaatin dong. Mungkin begitulah pemikiran Satkai saat itu.

Pada detik itu juga Mio menyesali perbuatan sok baiknya.

-'-'-'-'-

Hosh... hosh... hosh....

Berusaha menstabilkan derum nafas yang tercipta akibat kinerja jantung yang memompa darah menjadi lebih cepat sehingga banyak mengeluarkan karbondioksida sehabis aktifitas berlari beberapa menit yang lalu.

Dengan brutal membuka pintu kaca berhasil menuai perhatian beberapa orang yang sibuk merapikan barang-barangnya.

Masih dengan nafas terengah-engah, Mio berusaha mencari sandaran untuk mendudukkan bokongnya. Dapat. Tepat pada kursi yang baru saja kosong berada disamping pria yang memiliki tato disekujur tengkuk dan pergelangan tangannya.

"Udah gak usah lari lagi, Mi. Lo udah telat parah," goda seseorang yang kerap dipanggil Okto tersebut.

"Suttt, diam," timpal Mio, dengan cekatan menenggak botol air mineral yang tinggal setengah dihadapan Okto dengan sekali tarikan nafas.

Si gondrong dengan bekas luka vertikal dilehernya itu menekuk satu lutut sembari duduk santai pada kursinya. Matanya disipitkan untuk memindai situasi Mio.

"Itu bekas minuman gue, darling," komennya disertai suara khasnya, yaitu dibuat-buat berat.

"Lah bekas lo?" Tampak raut was-was ditunjukkan gadis itu, matanya membelalak. Segera menutup mulutnya dengan tangan disertai wajah yang tegang.

What's Up MXWhere stories live. Discover now