Part 10 UHA

502 39 84
                                    

Selamat membaca, jangan lupa vote and rate, ya. Jika berkenan boleh share juga

🕊🕊🕊

Wana bein ideik mehtaga eih Saat di genggamanmu, apalagi yang aku butuhkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wana bein ideik mehtaga eih
Saat di genggamanmu, apalagi yang aku butuhkan

Fi haga akbar min keda
Ada yang lebih penting dari itu

Wana omri kunt ahlam fi youm
Aku memimpikan bahwa suatu hari

Aish haya be-shakli da
Aku menjalani hidup indah seperti ini

Koll elli fat min Armi fat
Semua yang berlalu, biarlah berlalu

O mosh be’edna nraggao
Kita tak bisa memutarnya kembali

Khallina aktar felle gai
Mari kita menata masa depan

Mab’ash fe wa’t indayaao
Karena kita tak memiliki banyak waktu

Wana mosh hadaya Amr tani
Dan aku tak ingin lagi kehilangan banyak waktu

Law sawani hayenfaouu.
Karena setiap detik berharga bagiku.

Ufaira bersenandung seraya memandangi bunga mawar di tangan, disentuhnya satu persatu kelopak bunga berwarna putih tersebut. Ia mengingat betapa banyak waktu yang terbuang akibat cinta yang sia-sia.

Cinta yang teramat mustahil untuk dijangkau karena tabir yang terlalu tinggi. Ia telah salah meletakkan cinta dan merasakannya, ia pernah mencintai pemuda dengan beda keyakinan.

Semua itu berlangsung lama, hingga akhirnya ayah Ufa lah yang memutus hubungan keduanya dengan menjodohkan Ufa dengan salah satu putra temannya.

Saat itu Ufaira sudah bersedia kuliah sambil menikah, akan tetapi takdir berkata lain. Pemuda pilihan ayahnya meninggal satu hari sebelum acara pernikahan berlangsung.

Ufaira kembali patah, dari sini ia bertekad untuk tidak lagi mengenal cinta terlebih dahulu, ia berniat fokus hingga gelar sarjana berhasil ia raih.

Mengingat genangan kenangan masa lalunya, tidak terasa merembas cairan bening di pelupuk matanya.

Tiba-tiba telfonnya berdering, tertanda ada sebuah panggilan masuk.

“Assalamu’alaikum, Ufi,” suara Nindi.

Ufaira tersenyum. “Wa’alaikumussalam. Ada apa?”

“Ufi! Cogannya ndak jadi dateng. Padahal Nindi penasaran banget.”

“Emang siapa sih, Nin?” tanya Ufaira penasaran.

“Calon ka-“ Nindi menutup mulutnya, hampir saja ia keceplosan.

“Calon ka apa?”

“Hehe, calon kades. Iya, calon kades Ufi. Sudah, Ufi kapan pulang? Cepat pulang ya, di berita TV sekarang rawan virus. Baik-baik di sana ya, Ufi.”

Udah Halalin Aja(On going)Where stories live. Discover now